Banyak orang yang merasa dirinya sibuk, akhirnya dia menjadikan kesibukannya sebagai alasan tidak bisa beribadah kepada Allah. Padahal, beribadah bisa di mana saja, di Rumah, di Masjid, di Kantor, di Jalan, di Hutan dan di tempat apapun, selagi bukan di tempat yang kotor dan najis.
Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada hamba-Nya agar senantiasa berdzikir (menyebut nama-Nya), kapanpun dan di manapun berada.
Allah berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلَائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ ۚ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا
Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman. (QS. Al-Ahzab 41-43).
Begitu juga yang diperintahkan oleh baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar selalu berdzikir kepada Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لاَ يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْبًا مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ
Hendaknya lisanmu senantiasa basah dengan dzikir pada Allah. (HR. At-Tirmidzi, hadist no. 3375).
Namun kadang-kadang manusia memiliki berbagai macam alasan agar tidak berdzikir kepada Allah. Alasannya sibuklah, tidak ada waktulah, dzikirnya panjanglah dan segala macam.
Akan tetapi Islam memudahkan setiap pemeluknya, dan dzikir yang diucapkan itu hanya 2 kalimat saja. Mudah diucapkan di lisan, namun berat ditimbangan. Artinya besar pahalanya jika diucapkan.
Apa 2 kalimat itu?
Dari Abu Hurairah rodhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ، ثَقِيلَتَانِ فِي المِيزَانِ، حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ، سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ، سُبْحَانَ اللَّهِ العَظِيمِ
Dua kalimat yang ringan di lisan, namun berat ditimbangan, dan disukai Ar-Rahman yaitu : “Subhanallah wa bi hamdihi, subhanallahil ‘azhim” (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya. Maha Suci Allah Yang Maha Agung). (HR. Bukhari, hadist no. 6682).
Imam Ibnu Hajar rohimahullah mengomentari hadist ini di dalam kitab Fathul Baari :
فَقَوله كلمتان فِيهِ ترغيب وَتَخْفِيف وَقَوله حبيبتان فِيهِ حث على ذكرهمَا لمحبة الرَّحْمَن إيَّاهُمَا وَقَوله خفيفتان فِيهِ حث بِالنِّسْبَةِ إِلَى مَا يتَعَلَّق بِالْعَمَلِ وَقَوله ثقيلتان فِيهِ إِظْهَار ثوابهما وَجَاء التَّرْتِيب بِهَذَا الْحَدِيثِ عَلَى أُسْلُوبٍ عَظِيمٍ وَهُوَ أَنَّ حُبَّ الرَّبِّ سَابِقٌ وَذِكْرَ الْعَبْدِ وَخِفَّةَ الذِّكْرِ عَلَى لِسَانه
Perkataan kalimatani (dua kalimat), di dalamnya terdapat dorongan (anjuran) dan keringanan. Adapun perkataan Habibatani (yang dicintai), di dalamnya terdapat dorongan untuk berdizkir dengan 2 kalimat yang dicintai oleh Ar-Rahman (Yang Maha Pemurah). Perkataan Khofifatani (2 Kalimat yang ringan), di dalamnya terdapat dorongan yang dinisbatkan kepada sesuatu yang berhubungan dengan amalan. Perkataan Tsaqilatani (2 kalimat yang berat), di dalamnya diungkapkan pahala keduanya dan datang dengan tertib dengan hadist ini dengan gaya bahasa yang bagus. Dan kecintaan Allah yang diutamakan, dzikirnya seorang hamba, seringnya dia mengucapkan dzikir dengan lisannya. (Fathul Baari, jilid 1 halaman 473).
Syekh Utsaimin rohimahullah mengomentari hadist ini di dalam Syarah Riyadus Shalihin :
فقوله صلى الله عليه وسلم: كلمتان ثقيلتان في الميزان يدل على أن الذي يوزن هو العمل، وهذا هو ظاهر القرآن الكريم وظاهر السنة، وربما يوزن هذا وهذا، أي توزن الأعمال وتوزن صحائف الأعمال
Sabda Rasulullah : 2 kalimat yang berat ditimbangan, menunjukkan bahwa yang ditimbang itu adalah amalan. Dan ini zohirnya Al-Qur’an Al-Karim dan Sunnah. Dan mungkin ditimbang ini dan ini, artinya ditimbang amalan-amalan dan ditimbang lembaran-lembaran amal. (Syarah Riyadus Shalihin, jilid 3 halaman 58).
Oleh sebab itu, tidak ada lagi alasan seorang muslim untuk tidak berdzikir kepada yang telah menciptakannya. Di manapun dan kapanpun, 2 kalimat di atas bisa diucapkan serta mudah dihafal. Ketika seorang muslim mengucapkan 2 kalimat di atas secara terus-menerus, maka insyaAllah dia akan mendapatkan pahala di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Begitulah cara Allah membantah alasan orang-orang munafik yang mencari berbagai alasan untuk tidak berdzikir kepada Allah. Sehingga dengan adanya 2 kalimat di atas, kemudian mereka masih mencari pembenaran agar mereka tidak berdzikir kepada Allah, maka sungguh keterlaluan sekali, sebab telah Allah mudahkan.
Silahkan bekerja, silahkan sibuk, silahkan lembur kerja, namun tetap harus ingat sang Pemberi Rezeki, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala. Syukuri nikmat itu, paling tidak dengan cara berdzikir kepada-Nya. Allah tidak butuh dzikir hamba-Nya, tidak ada pengaruhnya bagi Allah. Namun sebagai bentuk terimakasih seorang muslim, maka dia diperintahkan untuk berdzikir kepada Allah sebagai bentuk syukur atas segala nikmat yang Allah berikan kepadanya setiap hari.
Pelajaran yang bisa diambil dari Hadist di atas :
1. Mengucapkan dzikir dengan 2 kalimat yang disebutkan di dalam Hadist di atas saja pahalanya besar, apalagi berdzikir dengan dzikir yang lainnya dengan dzikir yang dianjurkan di dalam Islam, tentunya akan semakin besar pahalanya.
2. Rasulullah menyampaikan pesan secara tidak langsung melalui hadist di atas, bahwa tidak ada alasan untuk tidak berdzikir kepada Allah walaupun hanya berdzikir dengan 2 kalimat dzikir di atas, maka pahalanya besar sekali.
3. Di manapun 2 kalimat dzikir di atas bisa dibaca, asalkan bukan di tempat kotor dan najis.
4. Tidak ada lagi alasan sibuk sehingga tidak berdzikir kepada Allah, karena 2 kalimat dzikir di atas bisa dibaca sambal kerja. Tidak ada 1 menit sudah selesai dibaca.
5. Jika setelah membaca dan mengetahui hadist tentang 2 kalimat dzikir di atas dia tidak juga berdzikir kepada Allah, maka dia orang yang sombong, karena dzikir di atas bisa dibaca sambil jalan, menidurkan anak, nyetrika, bekerja di kantor, sedang nyantai dan lain sebagainya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mempermudah hamba-Nya agar berdzikir kepadanya, dan berdzikir kepada Allah dianjurkan, karena selain bentuk syukur kepada Allah, juga bisa menenangkan hati.
Allah berfirman :
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tentram. (QS. Ar-Ra’ad : 28).
Mudah-mudahan setelah membaca ini semakin banyak yang berdzikir kepada Allah, sekurang-kurangnya berdzikir dengan 2 kalimat dzikir di atas. Ringan diucapkan di lisan, namun berat di timbangan amalan. Artinya besar pahalanya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Semoga bermanfaat.
Penulis : Fastabikul Randa Ar-Riyawi