3 Macam Doa yang Tak Akan Tertolak Oleh Langit

Pada hakikatnya seorang muslim selalu berdoa kepada Allah Subhanallah Wata’ala, dengan berdoa menjadikan seorang hamba semakin dekat dengan-Nya. dan Allah Subhanallah Wata’ala mempunyai cara tersendiri untuk mengabulkan doa hamba-Nya. diantara 3 doa yang tak akan tertolak adalah sebagai berikut:

فعن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: ” ثلاث دعوات مستجابات لا شك فيهن، دعوة المظلوم، ودعوة المسافر، ودعوة الوالد على ولده”

(صحيح رواه الترمذي).

Dari Abu Hurairah RA. Sesungguhnya Rasululah Sallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ada 3 doa yang paling mustajab tanpa diragukan lagi: doa orang yang terdzholimi, doa orang yang musafir, dan doa kedua orang tua terhadap anaknya. (HR. Tirmidzi)

1. Doa Orang Yang Terdzholimi

لَا يُحِبُّ اللَّهُ الْجَهْرَ بِالسُّوءِ مِنَ الْقَوْلِ إِلَّا مَنْ ظُلِمَ وَكَانَ اللَّهُ سَمِيعًا عَلِيمًا (148)

“Allah tidak menyukai perkataan buruk, (yang diucapkan) secara terus terang kecuali oleh orang yang didzolimi. Dan Allah maha mendengar , maha mengetahui.” (QS. An-Nisa: 148)

Doa orang yang terdzholimi merupakan salah satu doa yang tak akan tertolak oleh langit. Maka dari itu berhati-hatilah dalam mengucapkan suatu kalimat, karena diantara dirinya dengan Allah tidak ada hijab. Maka segala doa yang telah ia panjatkan Allah Subhanallah Wata’ala akan segera mengabulkannya.

2. Doa Orang Musafir

السَّفَرُ قِطْعَةٌ مِنَ الْعَذَابِ

Safar adalah bagian dari adzhab (siksaan). (HR. Bukhori. No. 1804)

Dikatakan safar bagian dari adzab adalah Ketika dalam keadaan safar seseorang akan menghadapi berbagai kesulitan diataranya perjalanan yang harus menggunakan kesabaran ketika macet, menahan lapar, haus, menahan kantuk, dikarenakan dalam safar memerlukan waktu yang tidak sebentar.

Safar secara mutlak (tidak ada pembatasan), dalam artian selama seseorang melakukan perjalanan dia sudah di katakan dalam keadaan musafir dan doa yang telah ia panjatkan mustajab. Alasan mustajabnya doa ketika safar adalah karena dalam kondisi yang sulit ketika safar, dan hatipun pasrah. Saat itulah doa mudah diijabah oleh Allah Subhanallah Wata’ala.

3. Doa Kedua Orang Tua Terhadap Anaknya

Seorang psikoanalisis berkebangsaan Jerman yang bernama Erich fromm mengungkapkan: seorang ibu mencintai anaknya tanpa syarat, selain itu cinta ibu terhadap anaknya adalah cinta yang “sakit” dalam makna takut akan perpisahan, takut kesepian, takut dipisahkan dengan yang ia cintai. Walapun seorang ibu merasakan sakit berpisah untuk anaknya, ibu akan selalu mengikhlaskan terpisahkan oleh anaknya demi kemandirian dan kebahagian anaknya. Itu dalah hakikat cinta tanpa syarat.

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ (14)

Dan kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada aku kembalimu. (QS. Luqman : 14)

Ayat di atas menerangkan, agar seorang anak memperlakukan orangtua dengan sebaik-baiknya, beliau adalah seorang pahlawan tanpa pamrih, selalu ikhlas mengasuh, dan mendoakan kita.

Sayangilah ibumu, Karena dia tidak pernah menagih syarat apapun untuk mencintaimu, dia akan selalu mengulurkan tangannya kepada anaknya ketika dalam keterpurukan, dialah seseorang yang selalu menerima dengan segala kekurangan kita. Dan dialah malaikat tak bersayap yang Allah anugrahkan untuk kita.

Kesimpulan:

Ada 3 hal doa yang tidak akan tertolak,. Yaitu: doa orang yang terdzholimi, doa orang yang musafir, dan doa kedua orang tua terhadap anaknya. Semua pasti di dasari dengan keyakinan kepa Allah subhanallah wata’ala, niat yang baik, memakai pakaian dan makanan yang halal. Sebab tidak terkabulkannya doa adalah bisa jadi kita masing sering melakukan maksiat, hati yang belum baik, dsb.

Semoga Allah senantiasa selalu menjaga orang yang kita cintai, dan yang mencintai kita. Amiin…..

Oleh: Khodijah S. al-Khalil

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *