Jika membahas mengenai mati syahid, maka banyak yang beranggapan bahwa orang yang mati syahid seakan-akan hanya orang yang mati dalam peperangan saja. Akan tetapi sebenarnya banyak golongan yang bisa mati syahid di dalam Islam.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
الشَّهَادَةُ سَبْعٌ سِوَى الْقَتْلِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ الْمَطْعُونُ شَهِيدٌ، وَالْغَرِقُ شَهِيدٌ، وَصَاحِبُ ذَاتِ الْجَنْبِ شَهِيدٌ، وَالْمَبْطُونُ شَهِيدٌ، وَصَاحِبُ الْحَرِيقِ شَهِيدٌ، وَالَّذِي يَمُوتُ تَحْتَ الْهَدْمِ شَهِيدٌ، وَالْمَرْأَةُ تَمُوتُ بِجُمْعٍ شَهِيدَةٌ
Mati syahid ada 7 selain yang terbunuh di jalan Allah. Orang yang mati karena penyakit tha’un itu syahid. Orang yang mati tenggelam syahid. Orang yang mati karena ada luka parah di dalam perutnya syahid. Orang yang mati sakit perut syahid. Orang yang mati terbakar syahid. Orang yang mati karena tertimpa benda keras syahid. Dan wanita yang mati, sementara ada janin dalam kandungannya. (HR. Ahmad, hadist no. 23753).
Imam Syu’aib Al-Arnauth rohimahullah mengomentari hadist di atas di dalam Musnad Ahmad :
حديث صحيح
Hadist ini shahih. (Musnad Ahmad, jilid 39 halaman 163).
7 Golongan yang mati syahid tersebut adalah :
1. Orang yang mati karena penyakit tha’un.
2. Orang yang mati tenggelam.
3. Orang yang mati karena ada luka parah di dalam perutnya.
4. Orang yang mati sakit perut.
5. Orang yang mati terbakar.
6. Orang yang mati karena tertimpa benda keras.
7. Wanita yang meninggal, sementara ada janin dalam kandungannya.
Imam Al-Baghowi rohimahullah berkata di dalam kitabnya Syarhus Sunnah :
وَالْمَقْتُولُ فِي الْحَدِّ يُغْسَلُ وَيُصَلَّى عَلَيْهِ عِنْدَ أَكْثَرِ الْعُلَمَاءِ، قَالَ الشَّافِعِيُّ: لَا تُتْرَكُ الصَّلاةُ عَلَى أَحَدٍ مِنْ أَهْلِ الْقِبْلَةِ بَرًّا كَانَ أَوْ فَاجِرًا
Orang yang meninggal karena tertimpa benda keras, dia dimandikan dan di shalatkan menurut kebanyakan ulama. Imam Syafi’i berkata : Tidak ditinggalkan shalat bagi Ahli Kiblat (Kaum muslimin secara umum), baik orang yang taat maupun pelaku maksiat. (Syarhus Sunnah, jilid 5 halaman 370).
Jika ke 7 golongan ini mati, maka matinya adalah mati syahid, sebagaimana yang disebutkan di dalam hadist di atas.
Namun, apakah 7 golongan tersebut dimandikan atau langsung dikuburkan?
Ibnu Qudamah rohimahullah berkata di dalam kitabnya Al-Mughni :
فَأَمَّا الشَّهِيدُ بِغَيْرِ قَتْلٍ، كَالْمَبْطُونِ، وَالْمَطْعُونِ، وَالْغَرِقِ، وَصَاحِبِ الْهَدْمِ، وَالنُّفَسَاءِ، فَإِنَّهُمْ يُغَسَّلُونَ، وَيُصَلَّى عَلَيْهِمْ؛ لَا نَعْلَمُ فِيهِ خِلَافًا، إلَّا مَا يُحْكَى عَنْ الْحَسَنِ: لَا يُصَلَّى عَلَى النُّفَسَاءِ؛ لِأَنَّهَا شَهِيدَةٌ. وَلَنَا، «أَنَّ النَّبِيَّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – صَلَّى عَلَى امْرَأَةٍ مَاتَتْ فِي نِفَاسِهَا، فَقَامَ وَسَطَهَا» مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ. «وَصَلَّى عَلَى سَعْدِ بْنِ مُعَاذٍ، وَهُوَ شَهِيدٌ» وَصَلَّى الْمُسْلِمُونَ عَلَى عُمَرَ وَعَلِيٍّ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا -، وَهُمَا شَهِيدَانِ
Adapun orang yang mati syahid, selain yang terbunuh di medan perang, seperti orang yang sakit perut, orang yang mati karena tha’un, karena tenggelam, tertimpa, atau yang mati karena nifas, mereka semua dimandikan dan dishalati. Kami tidak menjumpai pendapat yang bertentangan dengan hal ini, selain pendapat yang diriwayatkan dari Hasan Al-Bashri : Tidak dishalatkan orang mati dalam keadaan nifas, karena dia mati syahid. Dan menurut kami : “Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyalatkan seorang wanita yang meninggal dunia setelah melahirkan, dan beliau berdiri di tengahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Dan beliau menyalati Sa’ad bin Mu’adz, sedangkan dia mati syahid. Dan beliau kaum muslimin menyalatkan Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib rodhiyallahu ‘anhuma, sedangkan keduanya meninggal dalam keadaan syahid. (Al-Mughni, jilid 2 halaman 399).
Semoga bermanfaat.
Penulis : Fastabikul Randa Ar-Riyawi