Hukum Mengidolakan Seseorang Secara Berlebihan Menurut Islam

Sering kali manusia mengidolakan seseorang yang mereka sukai, baik yang di idolakan itu dari kalangan artis maupun tokoh agama, dari kalangan muslim maupun non muslim.

Perlu diketahui bahwa mengidolakan seseorang boleh-boleh saja di dalam Islam selama ada kebaikan pada orang yang dia idolakan tersebut seperti misalnya mengidolakannya karena dermawan, rajin sedekah, menolong orang lain dan kebaikan-kebaikan yang lainnya.

Namun tidak mengidolakan secara berlebihan sehingga menjadikan Allah dan Rasul-Nya menjadi nomor 2 dari orang yang dia idolakan itu. Dan mengidolakan seseorang secara berlebihan dilarang di dalam Islam.

Allah berfirman :

قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

Katakanlah: “jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS. At-Taubah : 24).

Imam Al-Mawardi rohiamhullah mengomentari ayat di dalam tafsirnya An-Nukat wal ‘Uyun :

{فَتَربَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ} فيه وجهان: أحدهما: أنه فتح مكة , قاله مجاهد. والثاني: حتى يأتي الله بأمره من عقوبة عاجلة أو آجلة, قاله الحسن

(maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya) Mengenai ini ada 2 tafsiran, Yang pertama : maksudnya adalah penaklukan kota Makkah. Kedua : hingga datang keputusan Allah dengan menurunkan hukuman secara cepat atau lambat. Ini adalah pendapat Al-Hasan. (An-Nukat wal ‘Uyun, jilid 2 halaman 349).

Mengidolakan seseorang itu sewajarnya saja. Seharusnya yang harus diidolakan itu adalah baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena akhlak beliau yang sangat mulia, sampai-sampai Allah memuji akhlak beliau di dalam Al-Qur’an.

Allah berfirman :

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ

Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS. Al-Qalam : 4).

Silahkan saja mengidolakan seseorang asalkan ada hal istimewa yang bisa diidolakan seperti rajin ibadah, dermawan dan suka menolong orang lain.

Jangan sampai mengidolakan orang-orang yang sama sekali tidak ada hal yang bisa dicontoh darinya seperti mengidolakan artis Korea yang jelas-jelas tidak bisa dijadikan panutan. Maka hendaknya seseorang berhati-hati dalam mengidolakan seseorang karena mengidolakan berarti mencintai orang yang diidolakan tersebut.

Ingat sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh sahabat Anas bin Malik rodhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, ada seorang pemuda yang datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan dia berkata :

يَا رَسُولَ اللهِ مَتَى السَّاعَةُ؟ قَالَ: «وَمَا أَعْدَدْتَ لِلسَّاعَةِ؟» قَالَ: حُبَّ اللهِ وَرَسُولِهِ، قَالَ: «فَإِنَّكَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ» قَالَ أَنَسٌ: فَمَا فَرِحْنَا، بَعْدَ الْإِسْلَامِ فَرَحًا أَشَدَّ مِنْ قَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «فَإِنَّكَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ» قَالَ أَنَسٌ: فَأَنَا أُحِبُّ اللهَ وَرَسُولَهُ، وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ، فَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِأَعْمَالِهِمْ

Wahai Rasulullah kapan terjadi hari kiamat? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : Apa yang telah kamu persiapkan untuk menghadapi hari kiamat? Lelaki tersebut berkata : cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : Sesungguhnya kamu akan dikumpulkan bersama orang yang kamu cintai. Anas bin Malik berkata : “Kami tidak pernah lebih gembira setelah masuk Islam daripada gembiranya yang disebabkan sabda nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Sesungguhnya engkau bersama yang engkau cintai, maka aku mencintai Allah, Rasul-Nya, Abu Bakar dan Umar, dan berharap aku bersama mereka meskipun aku tidak beramal seperti amalan mereka.” (HR. Muslim, hadits no. 2639).

Maka dari itu idolakanlah karna kebaikan yang dia punya, bukan mengidolakan seseorang karna kegantengan atau kecantikannya ataupun karna dia artis top. Ingatlah bahwa seseorang akan dikumpulkan bersama orang dia cintai. Jika seorang muslim mengidolakan Rasulullah atau tokoh agama Islam, maka dia akan dikumpulkan bersama mereka di akhirat kelak. Namun ingat, jika seorang muslim mengidolakan artis Korea misalnya atau artis-artis luar karna duniawi, maka dia dikumpulkan bersama mereka di akhirat kelak. Na’udzubillah.

Imam Ibnul Qayyim rohimahullah berkata di dalam kitabnya Zaadul Ma’ad :

قَرَنَ كُلَّ صَاحِبِ عَمَلٍ بِشَكْلِهِ وَنَظِيرِهِ، فَقَرَنَ بَيْنَ الْمُتَحَابَّيْنِ فِي اللَّهِ فِي الْجَنَّةِ، وَقَرَنَ بَيْنَ الْمُتَحَابَّيْنِ فِي طَاعَةِ الشَّيْطَانِ فِي الْجَحِيمِ

Pelaku satu perbuatan dikumpulkan bersama mereka yang sama kelakuannya, maka orang-orang yang saling mencintai karena Allah dikumpulkan bersama-sama di dalam surga, dan orang-orang yang saling mencintai karena ketaatan kepada setan dikumpulkan di dalam neraka. (Zaadul Ma’ad, jilid 4 halaman 248).

Sekali lagi, mengidolakan seseorang boleh-boleh saja, asalkan jangan berlebihan seperti memakai atribut seperti atribut idolanya yang bertentangan dengan syari’at islam, maka hal ini tidak diperbolehkan. Namun daripada itu hendaknya seorang muslim mengidolakan seseorang karena ketaatannya kepada Allah, karena seseorang akan dikumpulkan di akhirat bersama orang yang dia cintai, dan tentunya dia suka apabila dikumpulkan dengan orang-orang shaleh di akhirat kelak.

Semoga bermanfaat.

Penulis : Fastabikul Randa Ar-Riyawi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *