Saya Memang Begini Orangnya! (Benarkah Watak Kasar Tak Dapat Dirubah?)

Sering nggak jumpain, orang yang kalau berkata apa adanya (Ceplas-ceplos) tanpa memikirkan perasaan orang lain yang mendengar perkataannya?

Atau seseorang yang selalu berkata kasar, keras disertai nada tinggi pada lawan bicaranya, sehingga membuat orang lain takut?

Jika dinasihati, tak jarang mereka menjawab, “Saya memang begini orangnya, bicara saya apa adanya!”

Atau, “Saya memang dari daerah  ***** sehingga beginilah tabiat saya, tidak bisa diperbaiki lagi!”. Apalagi disertai dengan wajah yang suka cemberut.

Sehingga banyak orang yang meyakini jika akhlak dari bawaan pribadi memang tak dapat dirubah apalagi jika memang dari daerah tertentu. Padahal pernyataan di atas adalah pernyataan yang keliru dan salah. Karena Islam bukan hanya sebagai agama tauhid tapi juga agama yang mengatur tentang akhak mulia. Bukankah Nabi Shallahu ‘Alayhi Wasallam pernah bersabda:

إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ صَالِحَ اْلأَخْلاَقِ.

Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.[1]

Hadits ini juga yang menjadi sebab mengapa Nabi Shallahu ‘Alayhi Wasallam diturunkan di negri Jazirah Arab. Karena pada dasarnya mereka (orang-orang arab pada zaman dahulu) sangatlah kasar dan keras, termasuk dalam muamalah.

الْأَعْرَابُ أَشَدُّ كُفْرًا وَنِفَاقًا وَأَجْدَرُ أَلَّا يَعْلَمُوا حُدُودَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَىٰ رَسُولِهِ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ

Orang-orang Arab Badwi itu, lebih sangat kekafiran dan kemunafikannya, dan lebih wajar tidak mengetahui hukum-hukum yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya. Dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (At-Taubah: 97)

Ini artinya, menghiasi diri dengan akhlak yang mulia adalah perintah, dan memang dapat dirubah walaupun itu adalah watak pribadi. Contohnya di mana Nabi Shallallāhu ‘Alayhi wa Sallam juga pernah mengatakan dalam haditsnya jika seseorang memiliki akhlaq yang mulia maka itu dapat menjadi bekal yang sangat membantu dalam memperberat timbangan kebajikannya di hari kiamat kelak sebagaimana amalan orang yang berpuasa dan sering menghidupkan malamnya dengan sholat malam.

إِنَّ رَجُلَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ القَائِمِ

Sesungguhnya seorang dengan akhlaqnya yang mulia bisa meraih derajat orang yang senantiasa berpuasa sunnah dan senantiasa shalat malam. (HR. Ahmad no. 25013 dan Abu Dawud no. 4165)

Orang ini mungkin dia jarang shalat malam, mungkin dia jarang puasa sunnah. Tetapi dengan akhlaqnya yang mulia, membuat orang lain senang bersamanya, bahagia duduk sama dia, senang mendengar wejangan-wejangannya. Maka meskipun dia jarang shalat malam dan berpuasa sunnah namun dia bisa mendapat pahala orang-orang seperti itu dengan akhlaqnya yang mulia.

Bahkan Nabi juga memberikan motoifasi yang mulia bagi orang yang mau memperindah akhlaknya.

إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ القِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا

Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian dan paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah mereka yang paling bagus akhlaknya di antara kalian. (HR. Tirmidzi no. 1941)

Kalaulah akhlaq tidak bisa dirubah, tabiat tidak dapat diperbaiki, lantas buat apa banyak hadits berbicara tentang akhlaq yang mulia? Begitu juga banyak ayat dalm Al-Qur’an, Allah turunkan untuk memotivasi orang-orang berakhlaq mulia?

Ini menunjukkan bahwa akhlaq bisa dirubah. Seorang yang pelit bisa jadi orang dermawan. Seorang yang pemarah bisa jadi seorang yang penyabar. Oleh karena dalam hadits Rasulullah Shallallāhu ‘Alayhi wa Sallam mengatakan:

أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ

Aku menjamin istana di bagian atas surga bagi orang yang terindah akhlaqnya. ((HR. Abu Daud, no. 4800.

Berarti akhlaq yang mulia itu bisa diperoleh, bisa diraih. Bahkan dalam hadits Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa sallam juga pernah mengatakan:

مَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ الله

Barangsiapa yang berusaha bersabar maka Allah akan jadikan dia penyabar. (Al-Bukhari no. 6105 dan Muslim no. 1053)

Gambaran hadits di atas bahwa orang yang pemarah bisa jadi penyabar. Ini artinya watak seseorang yang tempramental ataupun kasar dapat dirubah menjadi seseorang yang halus asalkan dia mau memperbaikinya.

Maka mengatakan sebuah perkataan “INILAH TABIATKU, TIDAK DAPAT DIPERBAHARUI” secara tidak langsung dia telah bermaksiat pada Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam yang telah menjadi suri tauladan terbaik bagi umat ini. Wallahu A’lam

Awan Mendung Menutupi Kota Udang

Sidoarjo, 28 Dzul Hijjah 1441/18 Agustus 2020

Ditulis: Deky Pramana Al-Banjary


[1] HR. Al Bukhari dalam Al Adabul Mufrad no. 273, Ahmad Juz II, hal. 381 dan Al Hakim Juz II hal.613

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *