Banyak diantara kita yang mengatakan, bahkan mempercayai bahwasannya perilaku perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh keutuhan keluarga, sehingga ada beberapa pasangan yang bertahan dengan hubungan yang kurang sehat demi masa depan anaknya. Memang benar beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan anak dampak dari tidak keutuhan keluarga, dalam hal ini tidak keutuhan keluarga sebagaimanakah yang dimaksud? Apakah orang tua yang bercerai merupakan ketidak utuhan dalam suatu keluarga? Apakah ada faktor lain selain itu? Sebelum itu mari kita pahami, sebenarnya bagaimanakah keutuhan keluarga yang sesungguhnya?
Keutuhan keluarga adalah keutuhan dalam stuktur keluarga, yaitu bahwa keluarga terdiri dari atas, ayah, ibu, dan anak-anak. Apabila tidak ada ayah atau ibu atau keduanya, maka struktur keluarga sudah tidak utuh lagi. Demikan juga apabila ayah ibu jarang pulang ke rumah dan berbulan-bulan meninggalkan anak-anaknya karena tugas atau hal-hal lain dan hal ini terjadi secara berulang-ulang, maka struktur keluarga itu pun sebenarnya tidak utuh lagi. Pada akhirnya, apabila orang tuanya hidup bercerai, juga keluarga itu tidak utuh lagi.
Peranan keutuhan dalam struktur keluarga, dimaksudkan pula keutuhan dalam interaksi keluarga, bahwa dalam keluarga berlangsung interaksi sosial yang wajar (harmonis). Apabila orang tuanya sering berselisih dan menyatakan sikap saling bermusuhan dengan disertai tindakan-tindakan yang agresif, keluarga itu tidak dapat disebut utuh.
Peranan keutuhan keluarga terhadap perkembangan anak dapat ditafsirkan dari beberapa hasil penelitian sebagai berikut. R. Stury (16) melaporkan pada tahun 1938 bahwa 63% dari anak nakal dalam suatu lembaga pendidikan anak-anak didelinkuen berasal dari keluarga-keluarga yang tidak teratur, tidak utuh, atau mengalami tekanan hidup yang terlampau berat.
Maud A. Merril, Boston, 1949 (18), mendapatkan bahwa 50% dari anak nakal delinkuen (anak-anak yang menyeleweng) berasal dari keluarga broken homes. Demikian pula sekurang-kurangnya 50% dari anak nakal di Prayuwana dan Penjara anak-anak di Tangerang berasal dari keluarga-keluarga yang tidak utuh, menurut hasil penelitian Lembaga Pendidikan IKIP Bandung tahun 1959 dan 1960 (7). Tampaknya, hasil-hasil penelitian yang dilakukan di Jerman, Amerika Serikat, dan Indonesia sudah menggambarkan dengan jelas peranan yang negatif dari ketidakutuhan keluarga terhadap perkembangan sosial anak-anak.
Bagaimanakah menjalankan Fungsi Keluarga yang Baik?
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu, maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakkal.” (Q.S Ali Imran ayat 159).
Ayat diatas menerangkan bahawasannya hendaklah kita berlemah lembut diantara manusia, apabila kita masih bersikap kasar maka sesungguhnya akhlak kita masih jelek dan tidak terpuji.
Dalam berumahtangga pun demikian, hindarilah salah paham yang akan menjadikan kemarahan, karena sesungguhnya Allah menyukai orang yang berlemah lembut. Kekerasan, perselisihan dalam rumah tangga merupakan faktor yang mempengaruhi erat proses terhambatnya perkembangan anak, karena anak merekam dan melihat apa yang diperbuat oleh orang dewasa, hal demikian akan menjadikan seorang anak merasakan kesedihan, mengalami ketidak tenangan di dalam rumah. Yang seharusnya rumahlah tempat kembali dan merasakan ketenangan dan kehangatan. Apabila fungsi rumah sudah tidak berjalan dengan baik, maka anak akan cenderung berperilaku yang kurang baik pula.
Maka dari itu pentingnya saling menyayangi satu sama lain, karena dengan kasih sayang akan menjadikan hubungan semakin erat.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ.
Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (At-Tahrim: 6)
Dalam ayat diatas dianjurkannya kita untuk menjaga keluarga agar selalu mengerjakan kebaikan dan menjauhi segala larangan yang telah Allah perintakan, agar terhindar dari api neraka. Maka dari itu keharmonisan keluarga sangat diperhatikan, apabila dalam suatu keluarga yang harmonis, maka akan timbullah energi positif, dengan itu akan menjadikan seseorang akan menjadi lebih baik lagi. Saling menyayangi, saling memahami, dan saling mensupport satu sama lainnya. Sehingga terciptalah keutuhan suatu keluarga.
Reverensi:
W.A Genrungan, 2010. “Psikologi Sosial”, Bandung: PT. Refika Aditama.
Retnowati, Sofia, 2003, “Peranan Keberfungsian Keluarga Pada Pemahaman Pengungkapan Emosi”, Jurnal Psikologi. NO. 2. 91-104
Kesimpulan:
Anak merupakan amanah dari Tuhan, maka dari itu hendaklah kita menjaganya dan mendidiknya dengan cara yang baik pula, sehingga kelak dikemudian hari menjadi anak yang bermanfaat untuk yang lainnya. Dalam artikel di atas disebutkan faktor yang mempengaruhi proses perkembangan anak dan prestasinya salah satunya adalah ketidak utuhan keluarga, ketidak utuhan keluarga bisa bersifat orang tua yang bercerai. Keluarga yang tidak melakukan fngsinya dengan baik, seperti selalu menyalahkan keadaan, pertengkaran dalam rumah tangga, emosi yang berlebih. Sehingga perlunya menjalankan keutuhan rumah tangga dengan menciptakan komunikasi yang baik, perilaku yang lemah lembut terhadap keluarga (Saling menyayangi), meluangkan waktu bersama, sehingga akan tercipta suasana yang harmonis.
Oleh: Khodijah S. al-Khalil S.Ag