Sebagai seorang muslim, hendaklah kita selalu mengerjakan atas Allah SubhanaAllah Wata’ala perintahkan untuk kita, dan sebisa mungkin kita menghindari atas segala larangan-Nya. setiap manusia pasti mempunyai kesalahan, dan seorang manusia juga berpotensi untuk berubah atas kesalahannya. Disini kita akan membahas bagaimanakah mengembalikan kenikmatan bermunajat kepada Allah? Sehingga kita bisa mendapatkan keberkahan serta mengambil banyak hikmah didalamnya. Diantaranya yaitu:
1. Niat
إنما الأعمال بالنيات، وإنما لكل امرئ ما نوى
Sesungguhnya amal perbuatan tergantung pada niat, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan yang ia niatkan. (Hr. Bukhori dan Muslim)
Segala sesuatu hendaklah dimulai dengan niat, karena dengan niat yang baik akan mengantarkan kita kepada suatu hal yang bermanfaat, dan mendapatkan keberkahan didalamnya. Dalam beribadahpun awalilah dengan niat semata-mata hanya mengharap ridho Allah Subhanallahu wata’ala. apabila seorang hamba beribadah hanya untuk mendapatkan apa yang ingin ia capai di dunia, itu akan menimbulkan ujub, riya’ dalam beribadah. sesungguhnya dia tidak akan mendapatkan kenikmatan dalam bermunajat kepada Allah sallahu’alaihi wasallam.
2. Membersihkan Jiwa
Seorang hamba tidak akan pernah merasakan kenikmatan bermunajat kepada Allah Ta’ala selagi ia masih cinta akan dunia dan menuruti hawa nafsunya. Karena sesungguhnya hawa nafsu adalah sesuatu yang bisa menghalangi kenikmatan dalam beribadah, sehingga Allah memerintahkan kita sebagai hambanya untuk selalu membersihkannya.
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا
“Sesungguh beruntung orang yang menyucikanya jiwa itu (hawa nafsunya)” (QS. Assyams:9)
Membersihkan jiwa adalah dengan cara meninggalkan perkara yang tercela serta meningkatkan ketakwaan kepada Allah Ta’ala, yaitu dengan memerangi hawa nafsu, meninggalkan sesuatu yang diharamkan sebisa mungkin, serta menjaga adab dalam setiap nafas berhembus dan muraqabatullah (merasa diawasi oleh Allah). Semua ini bisa meredupkan nikmatnya hawa nafsu, sehingga ia hanya merasakan kenikmatan ketika sedang merasa dekat dengan Allah Ta’ala.
Nafsu apabila dibiarkan tanpa kendali, manusia yang tercipta sempurna akan menjadi beringas, mereka mempunyai hati, tetapi tidak di gunakan untuk memahami ayat-ayat Allah, mereka mempunyai mata tidak digunakan untuk melihat nikmat-nikmat Allah, sesungguhnya manusia yang selalu menuruti hawa nafsunya merekalah orang-orang yang lalai.
فَلَا يَصُدَّنَّكَ عَنْهَا مَنْ لَا يُؤْمِنُ بِهَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَتَرْدَى
Maka janganlah engkau dipalingkan dari (kiamat itu) oleh yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengkuti keinginannya, yang menyebabkan engkau binasa. (QS. Taha: 16)
Sebaliknya jika seorang hamba bisa mengendalikan hawa nafsunya, menahan amarah dalam menghadapi persoalan, maka akan menjadi ketegasan dan menyelamatkanya dari sesuatu yang buruk yang akan terjadi.
3. Selalu Mengingat Nikmat Allah
كن ورعا تكن أعبد النَّاس وَكن قنعا تكن أشكر النَّاس
Jadilah orang yang wara’, maka engkau akan menjadi hamba yang paling berbakti. Jadilah orang yang qana’ah, maka engkau akan menjadi hamba yang paling bersyukur. (HR. Ibnu Majjah. No. 4217)
Hadits diatas menjelaskan, apabila manusia selalu merasa puas atas apa yang telah ia jalani, ridho atas apa yang telah Allah tetapkan untuknya, maka dalam hatinya akan selalu bersyukur, dengan merasakan syukur, seorang hamba akan merasakan nikmat yang begitu mendalam dalam beribadah kepada sang khalik, karena, dalam setiap hembusan nafsanya akan selalu mengucapkan dzikir, dikarenakan selalu mengingat nikmat yang telah Allah beri.
Kesimpulan:
- Teruslah melatih diri untuk menjadi lebih baik dalam setiap harinya, awalilah segala sesuatu dengan niat, karena dengan niat yang baik akan mengantarkan seorang hamba kepada keberkahan.
- Selalu berusaha memerangi hawa nafsu, secara tidak sadar manusia dalam hidup sering mempertahankan hawa nafsu, mereka yang sering mengikuti nafsu dan hasratnya dialah orang yang lebih rendah daripada binatang.
إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا
Mereka itu hanyalah seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat jalannya. (QS. Al-Furqan: 44)
- Selalu mengingat atas kebesaran atas nikmat yang telah Allah beri, sehingga menjadikan kita menjadi seorang hamba yang selalu qona’ah, dengan rasa qona’ah akan mengantarkan kita kepada kenikmatan dalam beribadah.
- Seorang hamba tidak akan pernah merasakan kenikmatan bermunajat kepada Allah Ta’ala selagi ia masih merasakan nikmatnya dunia dan menuruti hawa nafsunya. Karena sesungguhnya hawa nafsu adalah sesuatu yang bisa menghalangi kenikmatan dalam beribadah.
Semoga Allah selalu meridhoi dalam setiap langkah kita….
Oleh: Khodijah S. al-Khalil