Mungkin sebagian kita pernah mendengar sebuah ungkapan : Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah. Itulah mengapa di dalam Islam seorang yang bergelar ibu sangat dimuliakan, bahkan dia dijadikan ratu dari banyaknya manusia. Sebab kasih ibu tanpa pamrih dan begitu tulus menyayangi anaknya.
Derajat seorang ibu sangat tinggi, bahkan derajatnya 3 kali lebih tinggi dibanding dengan kedudukan ayah.
Dari Abu Hurairah rodhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ: «أُمُّكَ» قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: «ثُمَّ أُمُّكَ» قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: «ثُمَّ أُمُّكَ» قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: «ثُمَّ أَبُوكَ»
Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali? Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : “Ibumu.” Orang tersebut kembali bertanya : Kemudian siapa lagi? Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : “Ibumu” Orang tersebut bertanya Kembali : Kemudian siapa lagi? Beliau menjawab : “Ibumu.” Orang tersebut bertanya kembali, kemudian siapa lagi? Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : “Kemudian ayahmu.” (HR. Bukhari, hadist no. 5971).
Imam Ibnu Bathol rohimahullah berkata di dalam kitabnya Syarah Shahih Al-Bukhari Libni Bathol :
قال المؤلف: فى هذا الحديث دليل ان محبة الأم والشفقة عليها ينبغى أن تكون ثلاث اميال محبة الب، لأن عليه السلام كرر الأم ثلاث مرات، وذكر الأب فى المرة الرابعة فقط، وإذا تؤمل هذا المعنى شهد له العيان، وذلك أن صعهوبة الحمل وصعوبة الوضع وصعوبة الرضاع والتربية تنفرد بها الأم، وتشقى بها دون الب فهذه ثلاث منازل يخلو منها الأب
Pengarang berkata : Hadist ini menjadi dalil bahwa mencintai ibu dan mengasihinya seyogyanya 3 tingkat lebih tinggi dibanding cinta kepada ayah, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengulang nama ibu sebanyak 3 kali dan menyebutkan nama ayah di urutan ke 4 sekali saja. Dan jika makna ini direnungkan, disebabkan adanya saksi mata yang menyebabkan seorang ibu berada 3 tingkat disbanding ayah. Hal itu disebabkan karena sulitnya ibu dalam keadaan hamil, sulit melahirkan, sulit menyusui dan sulitnya mendidik anak sendiri. Seorang ibu merasakan penderitaan tanpa dirasakan ayah. Maka 3 keadaan inilah yang tidak dirasakan seorang ayah dan menyebabkan tingkatan ibu 3 kali lebih tinggi dibanding ayah. (Syarah Shahih Al-Bukhari Libni Bathol, jilid 9 halaman 189).
MasyaAllah, betapa tinggi derajat seorang wanita yang bergelar ibu di dalam Islam. Begitulah cara Islam memuliakan wanita, dan Islam menghapus semua kriminalisasi terhadap wanita seperti yang pernah terjadi pada zaman jahiliyah dulu.
Dulu pada zaman jahiliyah, wanita tiada harganya, mereka hanya pemuas nafsu kaum lelaki saja dan sebagai bahan permainan semata. Namun semenjak Islam datang, maka semua itu dihapuskan dan digantui dengan ajaran Islam. Ajaran yang menjunjung tinggi martabat kaum wanita dan ajaran yang adil terhadap semua makhluk Allah yang ada di dunia ini.
Ketahuilah, bahwa do’a ibu cepat dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka, mintalah kepada ibu agar dido’akan kebaikan dunia dan akhirat.
Dari Abu Hurairah rodhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لاَ شَكَّ فِيهِنَّ: دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ، وَدَعْوَةُ الوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ
Ada tiga doa yang mustajab tanpa diragukan lagi : do’a orang yang terzalimi, do’a orang yang sedang bepergian, dan do’a orang tua kepada anaknya. (HR. At-Tirmidzi, hadist no. 1905).
Imam At-Tirmidzi rohimahullah mengomentari hadist di atas :
هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ
Hadist ini Hasan. (Al-Jaami’ Al-Kabir, Sunan At-Tirmidzi, jilid 3 halaman 378).
Imam Al-Munawi rohimahullah mengomentari hadist di atas di dalam kitabnya Faidhul Qodir :
ودعوة الوالد لولده لأنه صحيح الشفقة عليه كثير الإيثار له على نفسه فلما صحت شفقته استجيبت دعوته ولم يذكر الوالدة مع أن آكدية حقها تؤذن بأقربية دعائها إلى الإجابة من الوالد لأنه معلوم بالأولى
Do’a orang tua kepada anaknya diijabah karena rasa sayang orang tua yang tulus kepada anaknya, dan orang tua banyak mendahulukan anaknya daripada dirinya sendiri. Sehingga kita do’a disertai rasa sayang yang tulus, mengakibatkan dikabulkan do’anya. Dalam hadist ini tidak disebutkan lafadz Al-Walidah (ibu) padahal ibu lebih ditekankan lagi haknya dan lebih besar kemungkinan dikabulkan do’anya daripada ayah, ini dikarena keutamaan ibu sudah diketahui banyak orang. (Faidhul Qodir, jilid 3 halaman 301).
Jasa ibu tak kan pernah bisa terbalaskan, karena mulai dari mengandung selama 9 bulan, melahirkan yang prosesnya antara hidup dan mati, menyusui, menyapih dan mendidik hingga menjadi orang yang berguna bagi agama dan negara. Jasa itu tak kan pernah bisa terbalaskan.
Walau kau berikan ibumu beratus triliun sekalipun untuk membalas jasanya selama ini, maka niscaya itu semua tidak akan pernh bisa, walaupun hanya satu hembusan nafasnya ketika melahirkanmu.
Dari Abi Burdah, diamelihat Ibnu Umar dan seorang penduduk Yaman yang sedang thawaf di sekitar Ka’bah sambil menggendong ibunya di punggungnya. Dia (orang Yaman) itu berkata :
إِنِّي لَهَا بَعِيرُهَا الْمُذَلَّلُ. إِنْ أُذْعِرَتْ رِكَابُهَا لَمْ أُذْعَرِ
ثُمَّ قَالَ: يَا ابْنَ عُمَرَ أَتُرَانِي جَزَيْتُهَا؟ قَالَ: لَا وَلَا بِزَفْرَةٍ وَاحِدَة
Sesungguhnya diriku adalah tunggangan ibu yang sangat patuh. Apabila tunggangan yang lain lari, maka aku tidak akan lari. Orang Yaman itu bertanya kepada Ibnu Umar : “Wahai Ibnu Umar, apakah aku telah membalas budi kepadanya?” Ibnu Umar menjawab : “Engkau belum membalas budinya, walaupun setarik napas yang dia keluarkan ketika melahirkan. (Al-Adabul Mufrod, hadist no. 11, jilid 1 halaman 8).
Akhi, ukhti, selagi kau masih mempunyai ibu, jenguk beliau, muliakan beliau serta do’akan selalu ampunan untuknya, agar Allah mengampuni segala dosanya dan menempatkan kelak di surga-Nya. Do’akan juga agar beliau selalu diberi kesehatan agar bisa selalu melihatnya tersenyum bahagia.
Ibumu, ibumu, dan ibumu, kemudian bapakmu. Dari perjuangan yang dilakukan seorang ibu, maka sangat wajar mengapa baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menempatkan derajat ibu 3 kali lebih tinggi daripada derajat seorang ayah.
Semoga orang-orang yang masih mempunyai ibu selalu menghormati, menghargai dan menyayangi ibunya serta tidak durhaka kepada-Nya, muliakan ketika beliau masih ada di dunia ini. Karena ketika beliau sudah tiada, rugilah seorang manusia, sebab hilang sudah orang yang mendo’akannya, di mana do’anya cepat dikabulkan Allah.
Semarah apapun ibumu, jangan pernah melawannya, apalagi membentaknya yang menyebabkan murka Allah datang kepadamu. Dengarkan terlebih dahulu serta meminta maaflah jika kau benar-benar salah, jangan menjawab perkataanya karena bisa menyakiti hati ibumu. Jaga selagi beliau masih ada, cari ridhonya, karena ridho Allah terletak pada ridhonya orang tuamu, dan murka Allah terletak pada murkanya orang tuamu.
Semoga bermanfaat.
Penulis : Fastabikul Randa Ar-Riyawi