Perlu diketahui, bahwa hubungan intim merupakan masalah yang sangat serius dan perlu diperhatikan oleh suami istri, terlebih keduanya harus saling memenuhi hak-hak pasangannya di atas ranjang.
Tentunya, seorang suami juga harus kuat dan memperhatikan kebutuhan istrinya, jangan sampai dia egois dan tidak memperhatikan kebutuhan istri di atas ranjang, karena jika kebutuhan biologis seorang wanita kurang atau tidak terpenuhi, maka bisa saja dia menyeleweng dari jalan yang benar. Na’udzubillah tsumma na’udzubillah.
Ada sebuah do’a yang dipanjatkan oleh seorang ulama ketika beliau berhubungan intim dengan istrinya. Agar dzakarnya kuat dan bisa memenuhi kebutuhan istrinya di atas ranjang.
Imam Al-Munawi rohimahullah berkata di dalam kitabnya Faidhul Qodhir :
وكان ابن المنكدر يقول: اللهم قو ذكري فإنه منفعة لأهلي وإنما سأل قوته ليخرج من حق زوجته لا لقضاء النهمة لأن المرأة نهمتها في الرجال فإذا عطلها خيف عليها الزنا
Ibnul Munkadir berdo’a : “Ya Allah, kuatkan dzakarku karena sesungguhnya hal itu bermanfaat buat istriku.” Do’a itu dipanjatkan agar Allah menguatkan dzakar Ibnul Munkadir semata-mata untuk memenuhi kewajibannya sebagai suami yang menjadi hak istrinya, bukan untuk mengumbar syahwatnya. Karena birahi perempuan itu ada pada laki-laki. Apabila dibiarkan, dikhawatirkan perempuan akan terjerumus ke dalam perzinahan. (Faidhul Qodhir, jilid 4 halaman 110).
Lafadznya :
اَللَّهُمَّ قَوِّ ذَكَرِي فَإِنَّهُ مَنْفَعَةٌ لِأَهْلِي
Ya Allah, kuatkan dzakarku karena sesungguhnya hal itu bermanfaat buat istriku
Memang lafadz di atas bukan berasal dari hadist Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun lafadz di atas boleh diamalkan oleh seorang muslim, selama dia tidak mengatakan bahwa lafadz di atas berasal dari hadist, maka tidak mengapa. Karena do’a apa saja bisa dipanjatkan oleh seorang muslim, selama tidak menuduh Rasulullah yang berkata demikian, karena Rasulullah tidak pernah mengajarkan lafadz seperti di atas. Akan tetapi lafadz di atas merupakan do’a seorang ulama bernama Ibnul Munkadir.
Sebelum mengucapkan do’a di atas, maka seorang muslim harus mendahulukan do’a yang diajarkan oleh baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika hendak berhubungan suami istri.
Dari Ibnu Abbas rodhiyallahu ‘anhuma berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لَوْ أَنَّ أَحَدَهُمْ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَأْتِيَ أَهْلَهُ قَالَ: بِاسْمِ اللَّهِ، اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ، وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا، فَإِنَّهُ إِنْ يُقَدَّرْ بَيْنَهُمَا وَلَدٌ فِي ذَلِكَ لَمْ يَضُرَّهُ شَيْطَانٌ أَبَدًا
Jikalau salah seorang dari kalian (suami) ingin berhubungan intim dengan istrinya, lalu dia membaca do’a : “Bismillah Allahumma jannibnaas syaithoona wa jannibis syaithoona maa rozaqtanaa”, “Dengan menyebut nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari gangguan setan dan jauhkanlah setan dari rezeki yang Engkau anugerahkan kepada kami”, kemudian jika Allah menakdirkan lahirnya anak dari hubungan intim tersebut, maka setan tidak akan bisa mencelakakan anak tersebut selamanya. (HR. Bukhari, hadist no. 6388).
Ibnu Bathol rohimahullah mengomentari hadist di atas di dalam kitabnya Syarah Shahih Al-Bukhari :
وفى هذا الحديث حث وندب على ذكر الله فى كل وقت على حال طهارة وغيرها، ورد قول من أنكر ذلك
Di dalam hadist ini mendorong dan menganjurkan untuk berdzikir kepada Allah di setiap waktu, baik dalam keadaan suci maupun tidak. Dan hadist ini bantahan bagi orang yang mengingkari nya. (Syarah Shahih Al-Bukhari, jilid 1 halaman 230).
Oleh karna itu, bacalah do’a-do’a yang diajarkan Rasulullah dan para ulama di atas ketika hendak melakukan hubungan suami istri, dengan begitu dzakarnya akan kuat dan tahan lama, serta anak yang lahir dari hubungan intim tersebut dijaga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dari gangguan setan selamanya.
Semoga bermanfaat.
Penulis : Fastabikul Randa Ar-Riyawi