Guru itu Pake komplit
Mendidik.
Membimbing.
Membina.
Fasilitator.
Mediator.
Motivator
Tor,,,Tor,,,Tor,,,Tapi Bukan Koruptor
Mendidik sangat berkaitan dengan moral dan kepribadian. Jika ditinjau dari segi proses, maka mendidik berkaitan dengan memberikan motivasi untuk belajar dan mengikuti ketentuan atau tata tertib yang telah menjadi kesepakatan bersama.
Membimbing berkaitan dengan norma dan tata tertib. Dilihat dari segi prosesnya, maka mendidik dapat dilakukan dengan menyampaikan atau mentransfer bahan ajar yang berupa ilmu pengetahuan.
Membina Dalam mencapai fungsi tersebut tidak terlepas dengan adanya pembinaan akhlak. Contohnya dalam lingkup pondok pesantren Kiai memiliki peran yang sangat besar dan strategis dalam upaya membina akhlak kepada santri agar mereka dapat istiqomah dalam mengaplikasikan akhlak yang baik.
Guru sebagai fasilitator guru berperan dalam memberikan pelayanan termasuk ketersediaan fasilitas guna memberi kemudahan dalam kegiatan belajar bagi peserta didik. Oleh karena itu,diharapakan guru dapat menyediakan fasilitas belajar yang kondusif, sehingga tercipta iklim belajar yang menyenangkan bagi peserta didik.
Guru sebagai mediator sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa, misalnya menengahi atau memberikan jalan keluar dalam kegiatan diskusi siswa. Guru selalu melakukan penilaian terhadap siswa dengan menilai prestasi siswa dalam bidang akademis maupun tingkah laku sosialnya.
Pengertian Guru Sebagai Motivator artinya guru sebagai pendorong siswa dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa.
Sebagaimana ungkapan Ki hadjar mendefiniskan pendidikan sebagai tuntunan bagi tumbuh kembangnya anak sesuai kodratnya dalam rangka mencapai kebahagiaan yang setinggi-tinggi nya. Kata setinggi-tingginya mengandung makna betapa bahagiannya (terutama yang sifat batin) adalah sesuatu yang dapat terus di tingkatkan. Dia tanpa ujung.
Berbicara tentang hasil utama dari pendidikan, ki hadjar menyebutkan bahwa yang utama adalah kematangan jiwa. Karena dengan kematangan jiwalah berbagai pengetahuan dan skill dapat digunakan secara tepat, menghasilkan untuk kebahagian untuk diri dan juga orang banyak.
Tanpa kematangan jiwa, ilmu dan skill bisa saja merugikan banyak orang demi mengejar kepentingan diri belaka. Atau bahkan tak berguna juga buat diri sendiri.
Kebahagiaan dan kematangan jiwa memnag sulit untuk diukur dengan enggunakan alat ukur fisik atau ilmiah. Tapi itu tidak berarti membuat hal tersebut kehilangan nilai pentingnya.
Di dunia serba terukur,karena kemajuan sains dan tekhnologi, manusia banyak yang hanyut. Menganggap bahwa keberhasilan adalah yang menghasilkan materi belaka. Revolusi industri berdampak pada pendidikan. Lihatlah betapa banyak yang menyamakan sekolah dengan industri, yang menghasilkan lulusan yang harus serupa sesuai standar. Layaknya produk dari sebuah pabrik.
Sekolah dianggap sebagai industri yang memproduksi tenaga kerja terampil. Jika semua lulusan dapat bekerja terampil. Jika semua lulusan dapat bekerja di perusahaan yang bonaftif atau pns,maka dianggap sekolah itu sukses.
Pendidikan yang menghasilkan tenaga kerja terampil tentu bagus. Namun kalau hanya itu tujuan pendidikan, maka ia menjadi sangat sempit. Jauh dari cita-cita luhur para pejuang pendidikan nasioanl kita sewaktu mendidirikan negara ini.