Islam adalah agama yang adil. Segala sesuatu diatur didalam Islam. Sampai-sampai adab dan cara makan pun diatur di dalam Islam.
Dan mengenai adab makan ini, salah satu cara makan yang tidak disukai oleh baginda Rasulullah adalah makan sambil bersandar.
Dari Ali bin Al-Aqmar dari Abu Juhaifah berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
أَمَّا أَنَا فَلَا آكُلُ مُتَّكِئًا
Adapun saya, maka saya tidak makan dengan bersabdar. (HR. At-Tirmidzi, Hadist No. 1753).
Derajat hadist ini:
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
Abu Isa At-Tirmidzi Rohimahullah berkata: “Ini hadist hasan shahih.”
Bersandar seperti apakah yang dimaksud didalam Hadist ini?
Di dalam Kitab Tuhfatul Ahwadzi disebutkan:
واختلف في صفة الاتكاء، فقيل أن يتمكن في الجلوس للأكل على أي صفة كان، وقيل أن يميل على أحد شقيه، وقيل أن يعتمد على يده اليسرى من الأرض
Dan para ulama berbeda pendapat tentang makna bersandar, ada yang mengatakan bersandar dalam bentuk apapun. Dan ada yang mengatakan condong dalam satu sisi dan ada yang mengatakan maksudnya adalah bersandar dengan tangan kiri dan diletakkan di atas tanah (lantai).
Hukum makan sambil bersandar
1. Makruh
Syekh Al-Mubarokfuri menukil pendapat Imam Ibnu Hajar sebagaimana disebutkan didalam Kitab Tuhfatul Ahwadzi Syarah Sunan At-Tirmidzi:
قال الحافظ : وفي هذا إشارة من مالك إلى كراهة كل ما يبد الاَكل فيه متمكناً ولا يختص بصفة بعينها
Imam Ibnu Hajar berkata: Imam Malik memakruhkan bersandar dengan cara apapun, dan tidak mengkhususkan dengan sifat (cara) apapun.
Beliau melanjutkan:
واختلف السلف في حكم الأكل متكئاً فزعم ابن القاص أن ذلك من الخصائص البوية، وتعقبه البيهقي فقال قد يكره لغيره أيضاً لأنه من فعل المتعظمين، وأصله مأخوذ من ملوك العجم، قال فإن كان بالمرء مانع لا يتمكن معه من الأكل إلا متكئاً لم يكن في ذلك كراهة
Dan para ulama salaf berbeda pendapat mengenai hukum makan dengan bersandar. Maka Ibnu Qosh mengatakan bahwa itu bagian dari kekhususan kenabian saja. Dan Imam Al-Baihaqi mengikutinya, beliau berkata: Kadang-kadang dimakruhkan bagi selainnya juga (condong pada satu sisi). Beliau (Imam Al-Baihaqi) melanjutkan: Jika misalnya seseorang itu tidak memungkin untuk makan, kecuali dengan bersandar, maka tidak dimakruhkan baginya pada waktu itu
2. Boleh
Syekh Al-Mubarokfuri melanjutkan sebagaimana disebutkan di dalam Kitab Tuhfatul Ahwadzi :
وقد أخرج بن أبي شيبة عن ابن عباس وخالد بن الوليد وعبيدة السلماني ومحمد بن سيرين وعطاء بن يسار والزهري جواز ذلك مطلقاً
Dan dikeluarkan oleh Abi Syaibah, dari Ibnu abbas dan Khalid bin Walid, dan ‘Ubaidah Al-Salmany, dan Muhammad bin Sirin, dan ‘Atho Yasar dan Az-Zuhri mengatakan : Bahwa makan sambil bersandar hukumnya boleh secara Mutlaq.
Sebab ulama memakruhkan makan sambil bersandar
Di penjelasan selanjutnya Syekh Al-Mubarokfuri di dalam Kitab Tuhfatul Ahwadzi menyebutkan :
واختلف في علة الكراهة، وأقوى ما ورد في ذلك ما أخرجه ابن أبي شيبة من طريق إبراهيم النخعي قال : كانوا يكرهون أن يأكلوا اتكاءة مخافة أن تعظيم بطونهم
Dan para ulama berbeda pendapat mengenai sebab makruhnya makan sambil bersandar, dan yang paling kuat adalah apa yang datang dari hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dari jalur Ibrahim An-Nakho’i, dia berkata : “Mereka (para ulama) memakruhkan makan sambil bersandar, karena khawatir akan memperbesar perutnya.”
Nah, oleh sebab itu sebagai seorang muslim hendaklah kita memperhatikan adab dan tata cara makan yang diperintahkan dan yang tidak disukai oleh baginda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Memang pada hakikatnya makan sambil bersandar bukanlah haram, akan tetapi jika bisa hindarilah karena baginda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam meninggalkan cara makan yang seperti ini.
Semoga Bermanfaat.
***
Oleh: Fastabiqul Randa