Dari Jabir bin Abdullah rodhiyallahu ‘anhu berkata :
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ ثَمَنِ الْكَلْبِ وَالسِّنَّوْرِ
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari hasil penjualan anjing dan kucing. (HR. Abu Dawud, hadist no. 3479).
Apa maksud hadist di atas? Apakah jual beli kucing semuanya haram?
1. Pendapat Imam An-Nawawi rohimahullah
Imam An-Nawawi rohimahullah bekata di dalam kitabnya Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim :
وأما النهي عن ثمن السنور فهو محمول على أنه لا ينفع أو على أنه نهي تنزيه حتى يعتاد الناس هبته وإعارته والسماحة به كما هو الغالب فإن كان مما ينفع وباعه صح البيع وكان ثمنه حلالا هذا مذهبنا ومذهب العلماء كافة
Dan adapun larangan dari hasil penjualan kucing, maka hal itu dibawa kepada kemungkinan karena tidak ada manfaatnya, atau larangan tersebut merupakan larangan makruh, sehingga manusia terbiasa menghadiahkannya, meminjamkannya, dan bertoleransi dengannya, sebagaimana hal itu merupakan perkara yang umum terjadi. Maka jika termasuk dari apa-apa yang bisa dimanfaatkan, maka boleh sah untuk menjual belikannya dan hasil penjualannya halal. Ini merupakan pendapat kami dan pendapat seluruh ulama. (Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim, jilid 10 halaman 233).
Imam An-Nawawi rohimahullah bekata di dalam kitabnya Al-Majmu’ Syarah Al-Muhadzab :
بَيْعُ الْهِرَّةِ الْأَهْلِيَّةِ جَائِزٌ بِلَا خِلَافٍ عِنْدَنَا إلَّا مَا حَكَاهُ الْبَغَوِيّ فِي كِتَابِهِ فِي شرح مختصر المزني عن ابن العاص أَنَّهُ قَالَ لَا يَجُوزُ وَهَذَا شَاذٌّ بَاطِلٌ مَرْدُودٌ وَالْمَشْهُورُ جَوَازُهُ وَبِهِ قَالَ جَمَاهِيرُ الْعُلَمَاءِ نَقَلَهُ الْقَاضِي عِيَاضٌ عَنْ الْجُمْهُورِ
Jual beli kucing yang jinak diperbolehkan tanpa adanya perselisihan di sisi kami (ulama Syafi’iyyah) kecuali apa yang ceritakan dari Al-Baghawi di dalam kitabnya dalam Syarah Mukhtashor Al-Muzani dari Ibnul Ash sesungguhnya dia berkata : tidak boleh. ini pendapat nyleneh, batil, dan tertolak. Pendapat yang masyhur (terkenal), bolehnya hal itu. Ini merupakan pendapat dari jumhur (mayoritas) ulama yang telah dinukil oleh Al-Qodhi ‘Iyyadh dari jumhur. (Al-Majmu’ Syarah Al-Muhadzab, jilid 9 halaman 229).
2. Pendapat Ar-Rofi’i rohimahullah
Ar-Rofi’i rohimahullah di dalam kitab Fathul ‘Aziz :
(نهى عن ثمن الهرة) قال القفال اراد الهرة الوحشية إذ ليس فيها منفعة استئناس ولاغيره
Nabi melarang dari hasil penjualan kucing). Al-Qofal berkata : Yang dimaksud oleh beliau adalah kucing yang liar, karena tidak manfaat kelembutan dan selainnya di dalamnya. (Fathul ‘Aziz, jilid 8 halaman 229).
Nah, para ulama mengatakan bahwa larangan di atas bisa saja kepada kucing yang tidak ada manfaatnya, seperti misalnya kucing liar yang dia tidak memberikan manfaat jika dijual belikan. Adapaun kucing yang bermanfaat, maka boleh hukum menjualnya, karena Allah menghalalkan jual beli, kecuali jual beli yang bertentangan dengan syari’at Islam seperti jual beli barang yang diharamkan di dalam Islam. Jika tidak ada unsur haram atau bertentangan dengan syari’at Islam, maka berarti boleh. Maka dari itu ulama membolehkannya.
Allah berfirman :
وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا
padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al-Baqarah : 275).
Begitu juga sebuah qoidah ushul fiqh yang menyebutkan :
الأصل في الأشياء الإباحة
Asal hukum segala sesuatu dalam perkara mu’amalah adalah boleh.
Artinya segala sesuatu yang bersifat dunia dan diperbolehkan di dalam Islam, maka boleh hukumnya, kecuali jika ada dalil yang melarangnya. Dan menurut para ulama larangan pada hadist di atas untuk kucing yang tidak memberikan manfaat.
Oleh sebab itu, seorang muslim jangan terlalu tergesa-gesa menghukumi sesuatu dan menghukumi sesuatu secara tekstual, yaitu berdasarkan zohir hadistnya saja. Lihat juga perkataan para ulama mengenai itu agar tau apa hukum dan maksud dari sebuah hadist tersebut.
Kesimpulannya bahwa jual beli kucing itu boleh dan penghasilan dari hasil jual beli kucing itu halal, sebagaimana yang disebutkan oleh Imam An-Nawawi di atas.
Semoga bermanfaat.
Penulis : Fastabikul Randa Ar-Riyawi