Psikologi Anak / Inspirasi Islam
Pentingkah orang tua memahami dunia imajinasi anak?
Apakah imajinasi anak itu berbahaya?
Imajinasi adalah salah satu ruang kognitif (pikiran) yang menjadi salah satu bagian dari kecerdasan. Kecerdasan imajinatif berkembang saat usia anak-anak dan lebih dulu muncul dibanding kecerdasan logika, dan lainnya. Maka dari itu imajinasi anak sering mendominasi ruang berfikir-nya. Sebagai contoh ialah anak lebih menyukai film-film kartun dan hal yang bersifat fiksi dari pada sinetron atau hal-hal yang bersifat realistis.
Terdapat fenomena menarik tentang imajinasi anak yang terjadi pada Nabi Ibrahim A.S, pada masa kecil menuju remajanya Nabi Ibrahim A.S sedang bur-usaha mencari Tuhan, hal ini menjadi fenomena bahwa kekuatan imajinasi membawa manusia untuk lebih berfikir pada ruang-ruang yang membawa dirinya kedalam ruang kebaikan yang hakiki. Demikian ini adalah ayat yang menceritakan bagaimana Nabi Ibrahim A.S mencari Tuhan;
َلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَىٰ كَوْكَبًا ۖ قَالَ هَٰذَا رَبِّي ۖ فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَا أُحِبُّ الْآفِلِينَ
Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: “Inilah Tuhanku”, tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: “Saya tidak suka kepada yang tenggelam”.
َلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَٰذَا رَبِّي ۖ فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لَأَكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ
Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: “Inilah Tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat”.
َلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَٰذَا رَبِّي هَٰذَا أَكْبَرُ ۖ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ
Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar”. Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.
ِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا ۖ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.
Surat Al-An’am 76-79.
Jangan meremehkan dunia anak anak, sebab penemuan penemuan besar dimulai dari imajinasi pada saat kanak kanak. Contoh kongkrit-nya adalah Disney Land yang dibangun oleh imajinasi Walt Disney (1901 – 1966) pada saat masih berusia kanak kanak. Saat ini industri pariwisata mengembangkan konsep ini berdasarkan imajinasi anak anak seperti dino park, museum angkut dan lain sebagainya.
Kita akan sedikit fokus pada betapa luar biasanya imajinasi anak-anak. Tanpa ada batasan dan realitas yg ada. Maka itu jangan pernah meremehkan anak anak dengan imajinasi-nya, dunia bermain, kebebasan berpikir, dan keberanian bereksperimen. Perindustrian dunia permainan anak mencoba untuk memfasilitasi eksplorasi imajinasi anak. Contohnya adalah permainan lego, permainan ini membantu anak-anak dalam mewujudkan imajinasi-nya secara konkrit, anak ingin membuat apapun bisa ia wujudkan, semisal anak ingin membuat rumah, mobil, tank, pesawat, dan lainnya. Hal ini mengajarkan apa yang tidak bisa menjadi bisa, apa yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Beberapa hal menyadarkan kita bahwa ketidak mungkin-an yang selama ini ada di ruang pikiran orang-orang dewasa dengan waktu yang singkat dapat diwujudkan dari imajinasi anak-anak. Contoh konkrit-nya adalah game. Dimana anak anak yang semula game ini hanya bersifat dua dimensi, beralih ke tiga dimensi, dan beberapa waktu lalu sudah bisa dihubungkan dengan empat dimensi yakni game pokemon. Hal demikian ini yang jika kita renungkan kembali tidak ada hal yang melebihi eksplorasi imajinasi selain dunia anak-anak.
Dalam buku Psikologi Anak karya Prof. Ibrahim Ar-Rasyid tahun 2011 menyebutkan bahwa anak usia 4 sampai 9 tahun memiliki kognitif yang didominasi oleh imajinasi-imajinasi-nya, hal ini dikarenakan logika berfikir-nya masih belum begitu kuat, sehingga banyak hal sering dia buat seolah semuanya adalah permainan dan ia sering mengumpamakan benda-benda yang ada di sekitarnya sesuai imajinasi yang ia tangkap. Perkembangan imajinasi dalam kognitif anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan, seberapa besar daya dukung lingkungan terhadap imajinasi anak berpengaruh pada lama atau tidaknya anak mampu mengembangkan imajinasi-nya, hal ini berbanding terbalik dengan kecerdasan logika anak, maka jika anak semakin besar imajinasi-nya akan berangsur berkurang dan logikanya akan bertambah. Hingga sampai pada fase dimana anak akan me-rasional-kan imajinasi-nya, dan dari situ anak akan mampu memahami mana imajinasi yang rasional dan imajinasi yang irasional.
Dari penjelasan Prof. Ibrahim tersebut dapat dipahami bahwa perkembangan imajinasi setiap anak itu memiliki fase perkembangan yang berbeda-beda, tergantung bagaimana lingkungan membentuk dan mendukung hal tersebut. Hal ini menjadi penting bagi para orang tua untuk memberikan ruang imajinasi bagi anak, sebab dari hasil data riset yang dilakukan oleh Imam Suharji (2018) menemukan bahwa 79,66% orang tua di Indonesia tidak menyukai anak yang sedang bertingkah laku atau melakukan seni perannya dalam dunia imajinasi. Perilaku imajinatif anak antara lain yakni “bermain seni peran, bermain perumpamaan dengan benda, berbicara seolah olah dalam sebuah permainan”. Hal ini dikarenakan orang tua khawatir dengan imajinasi anak yang ketika banyak orang tua menyamakan dunia anak dengan dunia orang dewasa, dengan kata lain orang tua kurang nyaman dengan aktivitas anak yang sedang ber-imajinasi. Demikian ini perlunya orang tua untuk memahami dunia anak agar perkembangan anak bisa lebih maksimal.
Rasulullah Muhammad menyampaikan dalam Hadits (HR. Bukhari Juz 1, Hal 215) :
”Kamu sekalian adalah pemimpin dan kamu akan ditanya tentang kepemimpinanmu.
Orang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarganya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya.
Istri adalah pemimpin dalam rumah tangga suaminya dan akan ditanyai tentang kepemimpinannya.”
Dalam hadits ini dapat dipetik hikmah bahwa kita sebagai orang tua harus bersedia dan mampu mengenali dunia anak guna memberikan pola didik yang baik bagi anak. Jadi pesan untuk para orang tua yang memiliki anak berusia 3 hingga 9 tahun tidak perlu khawatir ketika anak bermain didunia imajinasi-nya, sebab itu adalah salah satu bentuk eksplorasi anak, orang tua cukup mengawasi dan memfasilitasi serta meng-kondisi-kan keamanan anak pada saat bermain.