Jangan Kotori Jiwamu Dengan Kemarahan

Marah merupakan suatu luapan emosi negatif yang disebabkan oleh suatu hal atau tidak dikarenakan pada suatu hal yang jelas. Luapan emosi marah biasanya timbul atas ketidaknyamanan atas rangsangan pada suatu lingkungan atau pada sesuatu membuatnya tidak suka, sehingga timbullah rasa marah.

Rasa marah ini biasanya ditandai oleh mata memerah, tangan mengepal erat, suara yang tedengar keras dan terkadang dengan nada yang tinggi, luapan-luapan emosi marah ini terkadang juga tak terlihat dengan ekspresi yang sedang ditunjukkan.

Dalam agama islam marah merupakan hal yang dilarang, karena akan menimbulkan hal yang negatif yang dapat merugikan dirinya dan orang sekelilingnya. Tak jarang orang yang sedang marah sulit untuk mengontorl emosi nya sehingga setelah marah terjadilah suatu penyesalan.

Penyebab seseorang menjadikan marah tak seberapa dibanding setelah kemarahan itu, misalnya ketika Ahmad meminjam motor Dhani degan tidak izinnya, Dhani sudah jelas marah karena Ahmad tidak izin sebelum memakai motonya, hal itu akan lebih berdampak buruk apabila Dhani mengeluarkan emosi marah kepada Ahmad. Karena emosi perkataan yang keluar dari mulut ketika dalam keadaan marah akan berrdampak lebih buruk sehingga setelah itu akan terjadi sebuah penyesalan.

Lantas bagaimanakah Islam memberikan solusi atas emosi negatif marah, agar tidak berdampak pada penyesalan?

Marah merupakan kondisi yang normal, yang dialami oleh banyak manusia. Karena pada hakikatnya manusia mempunyai beberapa emosi, emosi bahagia, emosi sedih, begitu juga emosi marah, dalam hal ini bagaimana kita bisa mengendalikan emosi kita agar tidak berdampak pada hal yang negatif.

Berikut adalah dalil-dalil tentang marah:

1. Marah Merupakan Perbuatan Setan

حَدَّثَنِي أَبِي، عَنْ جَدِّي عَطِيَّةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ الْغَضَبَ مِنَ الشَّيْطَانِ، وَإِنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنَ النَّارِ، وَإِنَّمَا تُطْفَأُ النَّارُ بِالْمَاءِ، فَإِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأْ»

Telah menceritakan kepadaku ayahku di hadapan kakekku (yaitu Atiyyah ibnu Sa’d As-Sa’di) yang berpredikat sebagai sahabat, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: ‘Sesungguhnya marah itu perbuatan setan, dan setan itu diciptakan dari api, dan sesungguhnya api itu hanya dapat dipadamkan dengan air. Karena itu, apabila seseorang di antara kalian marah, hendaklah ia berwudu’. (HR. Abu Daud: 4784)

Dalam hadits diatas diterangkan, bahwasannya diantara kita dalam keadaan marah hendaklah duduk untuk meredamkan amarah tersebut, apabila duduk masih belum meredamkan amarah, maka hendaklah mengambil air wudhu, karena sesungguhnya marah perbuatan setan, dan setan itu diciptakan dari api, sedangkan api dapat dipadamkan dengan air.

2. Orang Yang Kuat

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم، قال: “لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرُعة، وَلَكِنَّ الشَّدِيدَ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ

Orang yang kuat itu bukanlah karena jago gulat, tetapi orang kuat ialah orang yang dapat menahan dirinya di kala sedang marah. (HR. Bukhori: 6114)

Dalam hadits diatas diterangkan bahwasannya orang yang kuat adalah bukan orang yang jago gulat, orang yang kuat adalah orang yang dapat menahan emosi dalam dirinya agar tidak marah.

3. Allah akan Memenuhi rongganya dengan Keamanan dan Iman

Dalam tafsir sunan Abu Daud yang ditulis oleh Abdul Muhsin diterangkan keutamaan menaham amarah sebagai berikut:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم: “مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أنْ يُنْفِذَه مَلأهُ اللهُ أَمْنًا وَإيمانًا.

Barang siapa yang menahan amarah, sedangkan dia mampu mengeluarkannya, maka Allah memenuhi rongganya dengan keamanan dan iman.

Kesimpulan:

Marah merupakan gejolak hati yang ingin dikeluarkan pada luapan emosinya, energi marah ini bisa saja meledak sehingga setelah marah akan menimbulkan suatu penyesalan, maka dari itu butuh pengendalian jiwa agar terkontrol dalam menahan emosi marah. Dalam Islam diajarkan untuk menahan marah diantaranya yaitu: Beristighfar, mengambil air wudlu, berfikir sebelum berbicara, apabila kita tidak mengontrol emosi marah, sedangkan ketika orang marah akal sepenuhnya tidak bekerja secara jernih, sehingga apa yang dikeluarkan dari mulut akan berdampak hal yang menyebabkan penyesalan.

Semoga bermanfaat…

Oleh: Khodijah al-Khalil

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *