Sejahat apapun seorang anak, orang tua tidak seharusnya berkata denga nasal-asalan kepada anaknya, karena hal itu bisa saja menjadi kenyataan di kemudian hari. Betapa banyak orang tua khususnya ibu-ibu yang ngomel-ngomel sembarangan kepada anaknya yang nakal, seperti mengatakan : ooo hantu, anak setan, ataupun dengan cacian lainnya.
Kata-kata seperti ini hendaknya dihindari oleh seorang ibu karena jika dia mencaci maki anaknya dengan kata-kata kasar, bisa saja kat-katanya tersebut terjadi pada suatu saat. Karena do’a orang tua kepada anak dikabulkan Allah.
Dari Abu Hurairah rodhiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَا شَكَّ فِيهِنَّ: دَعْوَةُ الْوَالِدِ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ
Ada 3 do’a yang mustajab (dikabulkan) yang tidak diragukan lagi : do’a orang tua, do’a seorang musafir (orang yang sedang dalam perjalanan) dan do’a orang yang terzolimi. (HR. Abu Dawud, hadist no. 1536).
Sebagai orang tua hendaklah berdo’a dengan do’a yang baik, begitu pula alam berkata kepada anak, hendaklah dengan kata-kata yang baik. Ketika anaknya nakal, jangan paىggil dia dengan ‘anak setan’ atau apapun itu yang mengandung perkataan buruk, akan tetapi panggillah dia dengan perkataan yang baik, seperti misalnya : ‘eee calon gubernur’. Bisa jadi Allah kabulkan sang anak suatu saat jadi gubernur sebagaimana kalimat yang diucapkan ibunya tersebut.
Jika sang ibu mendo’akan atau berkata-kata buruk kepada sang anak di saat sang anak nakal, kemudian suatu saat hal itu terjadi, maka ini merugikan masa depan sang anak. Maka berkatalah baik atau diam, begitulah yang diperintahkan oleh baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dari Abu Hurairah rodhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia berkata baik atau diam. (HR. Bukhari, hadist no. 6475).
Jika orang tua tidak bisa menegur ataupun menasehati anak dengan perkataan yang baik, maka setidaknya jangan caci maki anak dengan perkataan yang kasar ataupun buruk, karena jika perkataan tersebut dikabulkan Allah, bisa membuat orang tua menyesal di kemudian hari.
Sejahat apapun sang anak, senakal apapun dia terhadap dirinya ataupun orang lain, nasehati baik-baik, do’akan dia kebaikan agar dia berubah, dan jangan menyumpah serapah dia, apalagi sampai berdo’a agar sang anak Allah azab dan tegur. Na’udzubillah, tidaklah patut orang tua, apalagi seorang ibu berdo’a dengan do’a keburukan kepada anaknya. Karena walau bagaimanapun anak tetaplah anak, walau dia melawan atau durhaka sekalipun. Do’akan kebaikan, bukan malah mendo’akan keburukan dan celaka bagi sang anak.
Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kepada setiap orang tua untuk mendo’akan keburukan bagi anaknya.
Dari Jabir bin Abdillah rodhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لَا تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ، وَلَا تَدْعُوا عَلَى أَوْلَادِكُمْ، وَلَا تَدْعُوا عَلَى أَمْوَالِكُمْ، لَا تُوَافِقُوا مِنَ اللهِ سَاعَةً يُسْأَلُ فِيهَا عَطَاءٌ، فَيَسْتَجِيبُ لَكُمْ
Janganlah kalian mendo’akan keburukan untuk diri kalian, atau anak-anak kalian, atau harta kalian. Jangan sampai kalian menepati suatu waktu yang pada waktu itu Allah Subhanahu wa ta’ala diminta sesuatu lantas Dia kabulkan doa kalian itu. (HR. Muslim, hadist no. 3009).
Oleh karnanya berhati-hatilah bagi orang tua dalam berdo’a, berdo’alah yang baik-baik saja bagi sang anak, karena kalau sampai orang tua bedo’a keburukan kepada sang anak di waktu tertentu, lantas Allah kabulkan do’a tersebut, maka orang tua akan menyesal dengan do’a yang diminta tersebut, sebab sesuatu akan terjadi kepada anaknya.
Jangan sampai menyesal di akhir masa, karena menyesal di akhir masa tiada berguna. Sebuah kata bijak Arab menyebutkan :
لن ترجع الأيام التي مضت
Tidak akan kembali hari-hari yang telah berlalu.
Orang tua hendaklah mendo’akan yang baik-baik untuk anaknya dan juga mencontoh do’a-do’a yang dipanjatkan orang-orang sholeh terdahulu.
Allah menyebutkan do’a Nabi Ibrahim di dalam Al-Qur’an, Allah berfirman :
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah do’aku. (QS. Ibrahim : 40).
Allah juga menyebutkan do’a ‘Ibadurrahman di dalam Al-Qur’an, Allah berfirman :
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Dan orang orang yang berkata : Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Furqan : 74).
Contohlah do’a-do’a yang dilantunkan oleh orang-orang sholeh terdahulu, yang mana orang tua berdo’a untuk kebaikan anaknya, bukan menyumpah serapah atau mendo’akan keburukan bagi sang anak, walau bagaimanapun durhakanya seorang anak. Sedurhaka apapun seorang anak, dia tetaplah anak yang butuh bimbingan dan nasehat serta dari orang tuanya. Jadi jangan salah dalam berdo’a kepada Allah, do’akan anak kebaikan dan jauhi mendo’akan keburukan bagi sang anak.
Semoga bermanfaat.
Penulis : Fastabikul Randa Ar-Riyawi