Menjadi Insan Al-Abrar Di Masa Pandemi

Menjadi Insan Al-Abrar Di Masa Serba Susah

اِنَّ الْاَبْرَارَ لَفِيْ نَعِيْمٍۙ * وَّاِنَّ الْفُجَّارَ لَفِيْ جَحِيْمٍ

Sesungguhnya orang-orang yang berbakti benar-benar berada dalam (surga yang penuh) kenikmatan. Dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka.

Ayat-ayat ini memiliki keindahan bahasa yang disebut saja’ murashsha’, yakni kesesuaian penutup ayat pada huruf terakhir, sehingga ayat ini terdengar indah ketika dibaca dan diperdengarkan.

Dibalik keindahan bahasa, terdapat makna yang mendalam dalam ayat ini yakni terdapat dua kata berlawanan yang menjelaskan keadaan manusia di akhirat kelak, al-abrar dihadapkan dengan al-fujjar, dan na’im dihadapkan dengan jahim.

Ath-Thabari menjelaskan bahwa golongan al-Abrar dalam ayat ini adalah orang-orang yang melaksanakan kewajiban-kewajiban terhadap Allah dan menjauhi kemaksiatan-kemaksiatan terhadapnya. Adapun golongan al-Fujjar adalah orang-orang yang durhaka kepada Allah Ta’ala, mereka kafir terhadap Allah Ta’ala.

Kata al-Abrar berasal dari kata al-birr dan merupakan jamak dari kata barr, sehingga Al-Abrar memiliki makna orang yang senantiasa melakukan kebaikan, kebajikan, ketakwaan kepada Allah dalam seluruh perbuatan mereka. Kata al-Abrar memiliki arti benar-benar berbakti, yang artinya berbakti kepada Allah dengan melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Diantara wujud al-Abrar adalah melakukan kebaikan kepada manusia lillahi Ta’ala tanpa berharap balasan dari orang lain. Semangat yang mendorong untuk melakukan kebaikan bagi orang-orang al-Abrara adalah ridha Allah Ta’ala. sebagaimana dalam surat al Insan,

اِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللّٰهِ لَا نُرِيْدُ مِنْكُمْ جَزَاۤءً وَّلَا شُكُوْرًا

“Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah karena mengharapkan keridaan Allah, kami tidak mengharap balasan dan terima kasih dari kamu.”

Adapun kata al-Fujjar merupakan bentuk jamak dari kata faajir bermakna orang yang hanyut dalam kemaksiatan kepada Allah Ta’ala. Atau dalam surat Nuh disebutkan generasi faajir adalah generasi perusak. Kata al-Fujjar sendiri memiliki arti orang-orang yang meninggalkan syariat Allah dan melanggar batasan-batasan Nya.

Pada era yang serba susah seperti masa pandemi dan pasca pandemi, berbagai aspek kehidupan manusia mengalami ganguan yang cukup besar, terutama ekonomi sosial. Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar membuat roda perekonomian mandek, aktivitas sosial menjadi semakin sempit. masyarakat menjadi bingung, pendapatan terhenti namun kebutuhan tetap berjalan.

Di tengah-tengah kegelisahan masyarakat muncul sekali lagi permasalahan yang bikin resah, yakni kriminalitas meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan hidup di tengah masa PSBB bagi sebagian orang yang tengah buntu dengan ide maupun inovasi dalam memenuhi kebutuhan, mengambil jalan pintas yang dianggap benar. Hak-hak orang lain menjadi korban atas upayanya tersebut. Pengambilan harta secara paksa tidak hanya menimbulkan kerugian barang, namun hingga jatuhnya korban nyawa.

Bagi sebagian orang yang memiliki kelebihan simpanan dan keahlian bisa bernafas lebih panjang. setidaknya, mereka masih memiliki kemampuan untuk bertahan di tengah-tengah masa sulit ini. Simpanan yang ada di dompetnya masih cukup untuk bertahan hidup dalam beberapa bulan ke depan. Dan bagi orang yang memiliki kelebihan keahlian dalam beberapa bidang akan memanfaatkan kelebihan tersebut untuk mencari jalan keluar supaya kebutuhan hidup di masa seperti ini terpenuhi. Namum bagi mereka yang memiliki keterbatasan keterampilan dan memiliki kekurangan modal, merasa masa seperti ini adalah masa-masa kelam bagi mereka, yang mereka harapkan adalah pertolongan dari mereka yang memiliki kelebihan.

Sebagai umat yang beriman, terdapat anjuran untuk peduli terhadap orang lain, peduli dengan alam sekitar, terutama di masa-masa yang susah seperti ini. Bahkan Nabi mengisyaratkan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia yang lainnya.

Pada kutipan ayat di awal tadi menjelaskan bahwa manusia yang al-abrar akan mendapatkan kenikmatan di akhirat. Disebutkan pula dalam ayat yang lain, surat Al-Insan,

إِنَّ الْأَبْرَارَ يَشْرَبُونَ مِن كَأْسٍ كَانَ مِزَاجُهَا كَافُورً

Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur.

Kafur adalah salah satu mata air di surga yang memiliki air yang segar, rasanya enak, dan aromanya harum. Ini adalah balasan yang dapat dinikmati oleh orang-orang abrar, minuman surga yang segar nan harum. Lantas perbuatan seperti apa yang dapat dilakukan agar termasuk menjadi golongan Al-Abrar?

pertama, al-Abrar memiliki makna ahli dalam kejujuran. Maksudnya, orang yang abrar adalah orang yang jujur dalam aktivitasnya sehari-hari, jika ia seorang pebisnis, dia akan dengan jujur menjual kebutuhan pokok tanpa harus menutupinya, baik itu aib yang ada dalam dagangannya maupun yang lain. Karena di masa seperti ini tidak jarang para pedagang nakal memanfaatkan momentum untuk mendapatkan keuntungan dengan menjual barang yang sebenarnya tak layak untuk dikonsumsi namun dikemas sedemikian rupa hingga telihat masih bagus. Selain itu mereka para pebisnis juga tidak melakukan penimbunan barang sehingga harga di pasar naik, karena kondisi masyarakat yang dalam kesusahan akan merasa lebih kesulitan lagi jika harga barang kebutuhan pokok terus melambung naik.

Yang kedua, membantu orang-orang yang kesusahan dengan kelebihan yang mereka miliki. Sebagaimana disebutkan di awal bahwa salah satu sikap orang yang Al-Abrar adalah mereka membantu sesame manusia namun tidak berharap balasan dari orang yang ia bantu, maupun dari orang lain. Mereka melakukan hal tersebut didorang atas kesadaran diri dan keikhlasan yang merupakan wujud dari buah keimanan mereka terhadap Allah Ta’ala. Mereka berbuat kebaikan semata-mata untuk mencari ridha Allah Ta’ala. Meskipun pada akhirnya mereka akan dikenal baik oleh masyarakat namun mereka tidak hanyut dalam pujian tersebut, karena bagi mereka ridha Allah adalah tujuan mereka dalam membantu.

Yang ketiga adalah mereka tidak membuat kekacuan di tengah masa kesusahan ini. Menurut Hasan, sebagaimana dikutip dalam tafsir al-Qurthubi menjelaskan, Al-Barr adalah orang yang tidak mengganggu semut sekalipun. Dan disebutkan pula dalam sebuah hadits, dalam kitab yang sama, bahwa, Al-Abrar adalah orang-orang yang tidak mengganggu siapapun. Dalam sikap ini sungguh disayangkan ketika orang-orang dengan berani melakukan kriminalitas di tengah-tangah wabah seperti ini. Karena tiap individu pasti membutuhkan harta benda, dan gangguan terhadap jiwa dan harta benda mereka merupakan perbuatan dzalim yang tidak semsetinya dilakukan oleh orang-prang yang beriman.

Yang keempat adalah mereka tetap menunaikan hak-hak Allah, yakni beribadah kepada Allah. Sebagaimana dijelaskan oleh Qatadah, Al-Abrar adalah orang-orang yang menunaikan hak Allah dan menunaikan nadzar atau janji.

Allahu A’lam

Referensi

  1. Masduha, Al-Alfazh: Buku Pintar Memahami Kata-kata Dalam AL-Quran, Pustaka Al-Kautsar, 2017
  2. Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir. Trj, Abdul Hayyie Al-Kattani. Gema Insani. Jilid 15. 2013
  3. Tafsir Thabari
  4. Tafsir Qurthubi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *