Jika engkau tahu dunia ini begitu luas, dan engkau sadar tak akan mampu menjelajahinya, maka menulislah. Dengan tulisanmu engkau akan hadir menyusuri dan menjelajahi ruang dan waktu yang bahkan tak pernah engkau bayangkan.
Jika engkau tahu bahwa penduduk bumi ini adalah saudaramu, dan engkau sadar tak akan mampu mendatangi mereka semua, maka menulislah. Dengan tulisamu engkau akan mendatangi mereka, menyapa, dan mengakrabi mereka. Tanpa engkau sadari, orang-orang dari ruang dan waktu yang tak engkau kira akan tersapa oleh tulisanmu.
Jika engkau yakin bahwa kebaikan dalam benakmu adalah titipan Tuhan, dan engkau sadar tidak kebagian cukup mimbar dan podium untuk meneruskannya kepada orang lain, maka menulislah. Dengan tulisanmu engkau menjadikan bumi ini sebagai mimbarmu, langit sebagai forummu, dan warga bumi sebagai audienmu.
Jika engkau merasa tulisanmu jelek, maka tetaplah menulis. Engkau akan bermanfaat, karena bisa jadi, bagi mereka yang sedang belajar menulis, tulisan jelekmu lebih inspiratif ketimbang tulisan bagus para penulis terkenal. “Kalau nulis begini, saya juga bisa,” begitu kita-kira kata mereka. Atau, karena tulisanmu mereka berkesimpulan, “O, ternyata nulis itu gak harus bagus ya.” Dan, mereka pun bangkit menulis.
Jika engkau merasa tulisanmu benar-benar jelek, maka tetaplah menulis. Di luar sana, entah dimana, begitu banyak orang yang menulis dengan sangat jelek pun tidak mampu. Tulisan jelek pun mereka tak punya, dan untuk sekedar berproses “dari sangat jelek menjadi jelek” pun mereka tidak punya kesempatan. Sementara engkau, dengan tulisan sangat jelekmu itu, punya kesempatan berproses menjadi lebih baik.
Jika bahkan terbukti bahwa ternyata orang-orang pun juga menganggap tulisanmu jelek, maka tetaplah menulis. Jangan pedulikan mereka. Yakinlah, untuk ukuran manusia yang ketika lahir memegang pena pun tak sanggup, sejelek-jeleknya tulisanmu tetaplah sebuah karya besar.
Jika sudah benar-benar tak ada lagi alasan yang membuatmu ingin menulis, maka segeralah menulis. itu kesempatanmu untuk menulis dengan aliran putih, yaitu menulis tanpa alasan apa pun. Lepaskan dirimu dari segala hal yang orang kaitkan dengan kegiatan menulis. Gerakkan tanganmu untuk menulis seperti engkau menggerakannya ketika menggaruk kepalamu: ringan, tanpa beban, tanpa kategori, tanpa anggapan, tanpa persiapan, dan tanpa penilaian. Kau akan punya karya tulis yang begitu polos dan putih. Yang tak akan tersentuh kategori bagus atau jelak, panjang atau pendek, inspiratif atau tidak, tajam atau tumpul. Tulisan yang hanya bermakna bahwa engkau telah mensyukuri nikmat Tangan yang diberikan Tuhan, memuliakan huruf dan kata yang Ia titipkan, dan mengagungkan setiap kelabat ide yang Ia ilhamkan.
Wallahu A’lam…