Problematika negara demokrasi tidak bisa dihitung mulai kasus pembunuhan Brigadir Yosua oleh FS, diikuti dengan kenaikan harga BBM, banyaknya pelaku Narkoba bahkan pihak berwajib ikut terlibat dalam kasus tersebut, namun persoalan esensi dibalik kasus tersebut yaitu Negara mengalami krisis Ekonomi karena aset negara diswastanisasi oleh negara untuk asing dan aseng.
SDA mestinya dikelola negara untuk rakyat, namun negara tidak memberikan ruang, kekayaan Alam di Ekspor dengan harga murah seperti minyak mentah kemudian dijual kembali kenegara dengan harga mahal tentu menggunakan APBN hasil pungutan pajak, artinya pemerintah mengambil keuntungan dua kali lipat.
Selain itu untuk menutupi krisis ekonomi maka dinaikan harga BBM sebagai jalan untuk menutupi utang dari Pertamina dan PLN, yang lebih besar utang luar negeri semakin hari makin membengkak karena kerakusan penguasa yang menjalankan demokrasi.
Untuk menutupi kasus FS, kenaikan harga BBM supaya tidak dikritisi lebih lanjut maka dibuatlah kasus penista Agama oleh Eko Kuentadi, Cholil Y, maupun lainnya. Mereka ini dibayar untuk memerangi ulama dan aktivis yang mengkritisi penguasa dzolim yang sedang berkuasa.
Pimpinan negara dengan semangat membangun Program IKN, kereta cepat dari APBN dan ditambah dengan penanam modal oleh asing aseng hingga 80 %, ini membuktikan negara benar-benar dijual dan dijajah oleh mereka yang memiliki kepentingan secara kelompok.
Maka masalah negara tersebut tidak bisa diberikan solusi demokrasi dipertahankan, melainkan menggantikan aturan negara dengan sistem yang mensejahterakan masyarakat dan mengatur urusan umum yaitu Islam kaffah, tentu Islam diterapkan dalam bentuk negara Islam.
Mengapa harus Islam, karena komunis sudah runtuh gagal memimpin dunia bahkan dijadikan partai terlarang pada tahun 1966, kapitalis melahirkan penguasa yang serakah dan mendzolimi masyarakat, akhirnya masyarakat terus dikorbankan, negara tidak memiliki tugas dan tanggung jawab, negara hanya mengakui kemerdekaan namun tidak bisa dipertanggung jawabkan kemerdekaannya dalam bentuk nyata.