Syarah Syahadat kedua, Muhammad ﷺ Utusan Allah

Bunyi syahadat yang kedua adalah Asyhadu anna muhammadar rasulullah, Saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad ﷺ adalah utusan Allah. Keyakinan bahwa Nabi Muhammad ﷺ adalah utusan menjadi hal mutlak yang harus diyakini setelah keyakinan bahwa tidak ada tuhan selain Allah. Keyakinan ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad ﷺ bukanlah tuhan orang-orang Islam, Nabi Muhammad ﷺ adalah hamba dan utusan Allah untuk umat manusia dan jin.

Dalam syahadat ini haruslah diiringi dengan keyakinan bahwa Nabi Muhammad ﷺ adalah nabi penutup. Artinya tidak ada nabi yang diutus setelah Nabi Muhammad ﷺ. Apa yang dibawa Nabi Muhammad ﷺ adalah penyempurna ajaran-ajaran nabi sebelumnya. Allah berfirman,

مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ

“Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang di antara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Ahzab: 40)

Lantas bagaimana dengan turunnya Nabi Isa Alaihissalam kelak di akhir jaman. Nabi Isa alaihissalam diutus sebelum Nabi Muhammad ﷺ lahir dan diangkat ke langit. Nanti setelah munculnya Dajjal, Nabi Isa Alaihissalam diturunkan ke bumi untuk membantu Imam Mahdi melawan pasukan Dajjal dan membunuhnya.

Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa Nabi Isa Alaihissalam turun bukan sebagai nabi yang membawa ajaran baru. Melainkan untuk membunuh Dajjal dan sebagai hakim yang adil di tengah-tengah umat Islam dan menerapkan syariat yang sudah dibawa Nabi Muhammad ﷺ. Nabi Muhammad ﷺ bersabda,

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَيُوشِكَنَّ أَنْ يَنْزِلَ فِيكُمْ ابْنُ مَرْيَمَ حَكَمًا مُقْسِطًا، فَيَكْسِرَ الصَّلِيبَ، وَيَقْتُلَ الخِنْزِيرَ، وَيَضَعَ الجِزْيَةَ، وَيَفِيضَ المَالُ حَتَّى لاَ يَقْبَلَهُ أَحَدٌ

“Demi Allah, sungguh hampir tiba saatnya putra Maryam itu turun di tengah-tengah kalian sebagai seorang hakim yang adil. Maka ia akan memecahkan salib, membunuh babi, menghapus jizyah/upeti. Dan (saat itu) harta benda berhamburan sampai-sampai tidak ada seorang pun yang bersedia menerimanya (harta pemberian).” (HR. Bukhari no. 2222)

Allah berfirman,

يٰٓاَيُّهَا النَّبِيُّ اِنَّآ اَرْسَلْنٰكَ شَاهِدًا وَّمُبَشِّرًا وَّنَذِيْرًاۙ () وَّدَاعِيًا اِلَى اللّٰهِ بِاِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُّنِيْرًا

“Wahai Nabi! Sesungguhnya Kami mengutusmu untuk menjadi saksi, pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan untuk menjadi penyeru kepada (agama) Allah dengan izin-Nya dan sebagai cahaya yang menerangi.” (QS. Al-Ahzab: 45-46)

Bentuk syahadat yang kedua ini adalah menyakini bahwa apa yang dibawa Nabi Muhammad ﷺ adalah kebenaran, baik berupa kabar gembira dan ancaman adalah benar.

Allah berfirman,

وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا كَاۤفَّةً لِّلنَّاسِ بَشِيْرًا وَّنَذِيْرًا

“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan kepada semua umat manusia sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan.” (QS. Saba’: 28)

Wajib bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan untuk menyakini kebenaran syariat yang dibawa Nabi Muhammad ﷺ. begitu pula bagi tiap mukallaf, baik orang muslim, nasrani, yahudi dan yang lainnya untuk meyakini bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad ﷺ adalah utusan Allah.

Seseorang yang beribadah kepada Allah namun tidak sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad ﷺ maka ibadah seseorang akan ditolak dan dianggap tidak sah. Dari sini penting bagi seorang mukmin untuk ittiba’ kepada Nabi Muhammad ﷺ ketika beribadah kepada Allah.

Inilah sebab kenapa laa ilaha illallah dan Muhammad rasulullah menjadi satu rukun. Jika dikaitkan dengan ibadah, makna laa ilaha illallah dalam ibadah adalah ikhlas karena Allah. Dan makna muhammad rasulullah adalah ittiba’ Nabi Muhammad ﷺ dalam beribadah kepada Allah.

Rasulullah bersabda,

مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.”  (HR. Muslim no. 1718)

Hadits ini sebagai penegasan bahwa segala amal ibadah harus berdasarkan ajaran nabi. Dan jika beribadah diluar ajaran nabi maka ibadah itu tertolak.

Alquran juga menyinggung orang-orang yang beramal tanpa adanya petunjuk dari rasulullah,

قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا

“Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (QS. Al Kahfi: 103-104)

Allahu A’lam

***

Sidoarjo, 4 Dzulhijjah 1441 H

Oleh: Achmad Fathoni

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *