Hati Penentu Baik Buruknya Amal Manusia

Hati merupakan raja di dalam tubuh manusia, ketika manusia ingin melakukan sesuatu, maka yang mencerna pertama kali adalah hati, kemudian disaring oleh pikiran dan barulah menjadi sebuah perbuatan. Untuk itu, seorang muslim harus senantiasa memperbaiki hatinya agar senantiasa baik dan tunduk serta patuh pada perintah Allah, agar hati tidak menjadi rusak. Sebab, jika hati rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Begitu pula sebaliknya, jika hati baik, maka baiklah seluruh tubuh.

Dari Nu’man bin Basyir rodhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً، إِذَا صَلَحَتْ، صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ، فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

Ketahuilah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika dia baik, maka baik pula seluruh jasad. Akan tetapi jika dia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa dia adalah hati. (HR. Muslim, hadist no. 1599).

Imam An-Nawawi rohimahullah berkata di dalam kitabnya Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim :

والمضغة القطعة من اللحم سميت بذلك لأنها تمضغ في الفم لصغرها قالوا المراد تصغير القلب بالنسبة إلى باقي الجسد مع أن صلاح الجسد وفساده تابعان للقلب وفي هذا الحديث التأكيد على السعي في صلاح القلب وحمايته من الفساد واحتج بهذا الحديث على أن العقل في القلب لا في الرأس وفيه خلاف مشهور مذهب أصحابنا وجماهير المتكلمين أنه في القلب

Mudgoh itu adalah potongan dari daging. Dinamakan demikian karena dikunyah di dalam mulut sebab ukurannya kecilnya. Para ulama mengatakan : yang dimaksud mengecilnya hati secara rasional adalah dia berada di dalam jasad untuk kebaikan jasad, dan rusaknya hati mengikuti keadaan hati. Dan di dalam hadist ini menegaskan adanya usaha untuk memperbaiki hati dan menjaga dari kerusakan. Dan hadist ini mengklaim bahwa akal itu di hati bukan di kepala, dan dalam hal ini terdapat perbedaan yang masyhur di kalangan ulama mazhab kami (Syafi’iyyah) dan jumhur (mayoritas) ulama kalam bahwa akal itu tempatnya di hati. (Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim, jilid 11 halaman 28).

MasyaAllah, berdasarkan perkataan Imam An-Nawawi di atas yang membicarakan tentang hati, betapa pentingnya memperbaiki hati agar seluruh jasad juga ikut menjadi baik, sebab hati adalah raja bagi seluruh tubuh dan rusaknya jasad tergantung dengan keadaan hati manusia.

Terkadang, ketika hati sedang tidak enak, apapun perbuatan orang lain akan menjadi salah. Kenapa? Karena hati tidak tenang ataupun pada saat itu hatinya dipenuhi rasa iri dan dengki terhadap nikmat yang diperoleh orang lain. Jika hati rusak, maka rusaklah jasad secara keseluruhan. Tidak heran jika ada orang yang nekat membunuh saudaranya hanya gara-gara hatinya rusak dikarnakan hatinya dipenuhi rasa iri, dengki serta perbuatan tercela lainnya.

Sebagai seorang muslim, isilah hati dengan perbuatan-perbuatan yang disukai oleh Allah. Isi hati dengan dzikir, ilmu dan berbagai amal sholeh lainnya agar hati menjadi tenang. Jika hati tenang, maka hatipun menjadi baik disebabkan diisi dengan perbuatan yang baik, dan manusia akan jauh dari mengerjakan perbuatan buruk.

Allah berfirman :

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. Ar-Ra’ad : 28).

Imam Ibnul Qayyim rohimahullah berkata di dalam kitabnya Ar-Ruh :

فَإِن طمأنينة الْقلب سكونه واستقراره بِزَوَال القلق والانزعاج وَالِاضْطِرَاب عَنهُ وَهَذَا لَا يَتَأَتَّى بِشَيْء سوى الله تَعَالَى وَذكره الْبَتَّةَ

Ketenangan hati itu adalah akan melahirkan kedamaian dan kemampuannya bisa menghilangkan kegalauan, gangguan dan kebimbangan darinya, dan ini tidak mendatangkan apapun kecuali Allah Subhanau wa Ta’ala dan mengingat-Nya sama sekali. (Ar-Ruh, jilid 1 halaman 220).

Ketenangan hati itu mahal harganya, betapa banyak orang-orang kaya yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, memang tenang secara zohir karna kebutuhan zohirnya terpenuhi dan tidak berfirkir apa yang akan dia makan di esok harinya, namun mereka tidak mendapatkan ketenangan batin. Harta tak menjamin hati menjadi tenang, maka betapa banyak ditemukan orang yang mabuk-mabukan hanya ingin mencari ketenangan hati, yang mereka dapatkan malah sebaliknya. Di waktu itu dia memang tenang secara zohir karna akalnya hilang disebabkan meminum minuman keras. Tapi setelah efek minuman keras itu hilang, dia akan kembali seperti semula, hatinya kembali menjadi tidak tenang, karena banyak pikiranlah, tekananlah dan berbagai hal lainnya. Dari efek minuman itu bisa menimbulkan mudorot, bisa membunuh oranglah ataupun berbuat keji kepada orang lain. Jika hatinya sudah rusak, maka rusak pula seluruh jasadnya, tak heran jika dia melakukan perbuatan yang dimurkai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Bagi orang-orang yang beriman, ketenangan hati itu hanya diperoleh dengan mengingat Allah, karena dengan berdzikir hati akan menjadi tenang. Ibarat batre HP, ketika batre HP lowbat, maka batre tersebut harus di cas supaya HP itu tidak sampai mati mendadak. Begitu pula dengan hati, apabila hati dalam keadaan lowbat, maka jangan dibiarkan dia terus-terusan lowbat, cas hati dengan berdzikir kepada Allah, mendengarkan kajian para ustadz agar hati menjadi terisi kembali dengan nasehat-nasehat ataupun motivasi untuk beribadah kepada Allah.

Baik buruknya perbuatan tergantung keadaan hati, jika hatinya dipenuhi rasa iri dan dengki, maka perbuatannya pun akan menjadi rusak, dia akan melakukan perbuatan yang tercela, yaitu perbuatan yang dibenci oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Namun jika hatinya baik, di isi dengan dzikir dan amal sholeh, insyaAllah hatinya akan menjadi baik dan dia akan jauh dari melakukan perbuatan yang buruk dan insyaAllah perbuatan yang dia lakukan sesuai dengan yang diajarkan syari’at Islam serta dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Semoga bermanfaat.

Penulis : Fastabikul Randa Ar-Riyawi

Renungan Bagi Jiwa-Jiwa Yang Lalai

Ketika hati dilanda gundah gulana, di saat itu pula seseorang membutuhkan nasehat agar dirinya kembali bergairah dalam beraktifitas, khususnya beribadah kepada Allah. Karena fitrahnya manusia, jika hatinya dilanda kegalauan, maka bisa menyebabkan tidak khusyu’ dalam beribadah kepada sang pencipta.

Ibarat batre HP yang sudah lowbat (lemah), maka untuk mengisi daya nya dengan cara di cas sampai full agar tahan lama. Begitu pula layaknya hati seorang muslim, tatkala hati seorang muslim itu lemah, maka juga harus di cas agar ada kekuatannya dengan cara membaca ataupun mendengar nasehat para ulama. Dengan mendengar nasehat ulama, insyaAllah hati akan menjadi baik seperti sediakala dan beribadah pun akan kembali khusyu’, karena hati adalah raja di dalam jasad, jika hati baik, maka baik jasad secara keseluruhan, akan tetapi jika hatinya buruk, maka buruk jasad secara keseluruhan.

Dari Nu’man bin Basyir rodhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً، إِذَا صَلَحَتْ، صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ، فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika dia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika dia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa dia adalah hati. (HR. Muslim, hadist no. 1599).

Imam An-Nawawi rohimahullah mengomentari hadist di atas di dalam kitabnya Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim :

وبهذا الحديث فإنه صلى الله عليه وسلم جعل صلاح الجسد وفساده تابعا للقلب مع أن الدماغ من جملة الجسد فيكون صلاحه وفساده تابعا للقلب

Berdasarkan hadist ini, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan baik dan buruknya jasad tergantung kepada hati, meskipun otak bagian dari jasad, namun baik dan buruknya mengikuti hati. (Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim, jilid 11 halaman 28).

Begitulah saking besarnya peranan hati pada diri manusia, jika hati seseorang sudah rusak, maka rusaklah jasad secara keseluruhan. Rusak pikirannya, rusak akhlaknya dan rusak apapun yang dikerjakannya disebabkan telah rusak raja dari seluruh tubuhnya. Namun jika hatinya baik, maka semua yang ada pada dirinya akan ikut menjadi baik, karena rajanya dalam keadaan baik.

Maka tidak heran jika hati seseorang sedang gundah gulana, baik karena harapan yang tidak kesampaian, putus cinta atau disakiti oleh seseorang, maka hatinya menjadi tidak tenang dan bingung apa yang harus dilakukan.

Saat-saat inilah seseorang butuh nasehat para ulama untuk mengembalikan kebaikan hatinya seperti sediakala.

Berikut Nasehat Imam Al-Ashbahani di dalam kitabnya Hilyatul Auliya’ wa Thobaqootul Ashfiya’ :

إِذَا عَمِلْتَ ذَنْبًا فِي السِّرِّ فَتُبْ إِلَى اللهِ فِي السِّرِّ , وَإِذَا عَمِلْتَ فِي الْعَلَانِيَةِ فَتُبْ إِلَى اللهِ فِي الْعَلَانِيَةِ , وَلَا تَدَعْ ذَنْبًا يَرْكَبُ ذَنْبًا , وَأَكْثِرْ مِنَ الْبُكَاءِ مَا اسْتَطَعْتَ , وَالضَّحِكُ فَلَسْتَ مِنْهُ بِسَبِيلٍ , فَإِنَّكَ لَمْ تُخْلَقْ عَبَثًا , وَصِلْ رَحِمَكَ وَقَرَابَتَكَ وَجِيرَانَكَ وَإِخْوَانَكَ , ثُمَّ إِذَا رَحِمْتَ رَحِمْتَ مِسْكِينًا أَوْ يَتِيمًا أَوْ ضَعِيفًا , وَإِذَا هَمَمْتَ بِصَدَقَةٍ أَوْ بِبِرٍّ أَوْ بِعَمَلٍ صَالِحٍ فَعَجِّلْ مُضِيَّهُ مِنْ سَاعَتِهِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَحُولَ بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ الشَّيْطَانُ

Jika engkau melakukan dosa di kala sepi, maka bertaubatlah juga kepada Allah di kala sepi. Jika engkau melakukan dosa secara terang-terangan, maka bertaubatlah kepada Allah secara terang-terangan. Dan janganlah engkau biarkan dosa ditunggangi oleh dosa, serta perbanyaklah menangis dengan semampumu, tertawa bukan jalannya, karena engkau tidak diciptakan secara sia-sia belaka. Dan sambunglah silaturahim kepada orang yang kau sayangi, kerabat-kerabatmu, tetangga-tetanggamu serta saudara-saudaramu. Kemudian apabila engkau menyayangi, maka sayangilah orang-orang miskin, anak yatim dan orang-orang yang lemah. Begitu juga apabila engkau berkeinginan untuk bersedekah, berbakti atau mengerjakan amal sholeh, maka percepat waktunya sebelum setan datang kepadamu dan dia untuk menghalanginya. (Hilyatul Auliya’ wa Thobaqootul Ashfiya’, jilid 7 halaman 61).

MasyaAllah, betapa berharganya nasehat para ulama dalam kehidupan seorang muslim dan begitu berpengaruhnya kepada hati seseorang, sebab baik buruknya akhlak dan perbuatan seseorang manusia tergantung hatinya. Maka siramilah selalu hati dengan nasehat-nasehat indah para ulama agar selalu bangun dan khusyu’ dalam mengerjakan kebaikan ataupun amal sholeh.

Di samping itu, pergaulan juga bisa mempengaruhi baik buruknya hati seorang manusia, karena ketika dia selalu berada di sisi orang-orang baik, maka sedikit banyaknya dia akan melakukan kebaikan. Ketika dia berbuat kesalahan, maka teman-temannya akan mengingatkannya, sehingga bisa mempengaruhi hati dalam mempertimbangkan segala sesuatu. Begitu pula ketika dia bergaul dengan orang-orang yang tidak baik, lama-lama bisa saja kecipratan perbuatan buruk mereka.

Imam Al-Qurtubhi rohimahullah menuqil perkataan Malik bin Dinar di dalam kitab Tafsirnya Al-Jaami’ Li Ahkaamil Qur’an :

وَصَاحِبْ خِيَارَ النَّاسِ تَنْجُ مُسَلَّمَا، وَصَاحِبْ شِرَارَ النَّاسِ يَوْمًا فَتَنْدَمَا

Bergaulah dengan orang-orang baik, niscaya engkau akan menjadi orang yang selamat, dan cobalah sehari saja engkau bergaul dengan orang-orang yang buruk, niscaya engkau akan menyesal selamanya. (Al-Jaami’ Li Ahkaamil Qur’an, jilid 13 halaman 27).

Wahai jiwa-jiwa yang lalai dari perintah Allah, bersihkan hati dengan memperbanyak istighfar dan dzikir serta bergaullah dengan orang-orang yang sholeh. Charger dan Bangunkan hatimu dari tidur panjangnya dengan mendengar nasehat-nasehat para ulama.

Wahai jiwa-jiwa yang tertidur, hati itu ibarat kaca, sekalinya retak, sulit untuk memperbaikinya, kecuali ditempel sedikit demi sedikit, pelan-pelan agar percikan kacanya bisa utuh seperti sediakala. Jangan kotori hatimu dengan maksiat.

Apabila hatimu sedang bersedih, galau, tidak tenang dan malas dalam melakukan amal kebaikan, intropeksi dirimu, apakah niatmu sudah benar, apakah ibadahmu sudah benar, dan apakah hatimu sudah kau siram dengan cahaya ilmu. Karena dengan ilmu seseorang bisa mengetahui apa yang harus dia lakukan ketika dalam gundah gulana. Adukan segala permasalahanmu kepada Allah dan pasrahkan segala urusamu itu hanya kepada-Nya. Dengan begitu tiada lagi kata galau dan bersedih, sebab percaya bahwa semuanya akan diberikan Allah jalan keluarnya. Yang penting harus sabar dalam menghadapi masalah tersebut.

Imam Ibnu Taimiyah rohimahullah menuqil pendapat ulama salaf sebagaimana disebutkan di dalam kitabnya Al-Fatawa Al-Kubro :

قَالَ بَعْضُ السَّلَفِ: قُوَّةُ الْمُؤْمِنِ فِي قَلْبِهِ، وَضَعْفُهُ فِي جِسْمِهِ، وَقُوَّةُ الْمُنَافِقِ فِي جِسْمِهِ وَضَعْفُهُ فِي قَلْبِهِ

Sebagian ulama salaf berkata : Kekuatan seorang mukmin itu terletak pada hatinya, dan kelemahannya terletak pada badannya. Sedangkan kekuatan seorang munafik terletak pada badannya dan kelemahannya terletak pada hatinya. (Al-Fatawa Al-Kubro, jilid 1 halaman 213).

Allahu Akbar, jangan sampai hatimu seperti hati orang-orang munafik, di mana kelemahannya terletak pada hatinya. Jika hatinya disakiti, maka semua yang baik akan dipandang buruk olehnya. Tapi jadilah seperti hati seorang mukmin, ketika hatinya tersakitipun dia tetap berlaku adil terhadap orang yang menyakitinya dan tidak menganggap semua kebaikan orang lain tiada artinya.

Semoga bermanfaat.

Penulis : Fastabikul Randa Ar-Riyawi

Baik Buruknya Perbuatan Manusia Tergantung Hatinya

Hati merupakan raja di dalam tubuh manusia, karna setiap manusia ingin melakukan sesuatu, maka yang mencerna pertama kali adalah hati, kemudian disaring oleh pikiran dan barulah menjadi sebuah perbuatan. Untuk itu, seorang muslim harus senantiasa memperbaiki hatinya agar senantiasa baik dan tunduk serta patuh pada perintah Allah, agar hati tidak menjadi rusak. Sebab, jika hati rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Begitu pula sebaliknya, jika hati baik, maka baiklah seluruh tubuh.

Dari Nu’man bin Basyir rodhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً، إِذَا صَلَحَتْ، صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ، فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

Ketahuilah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika dia baik, maka baik pula seluruh jasad. Akan tetapi jika dia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa dia adalah hati. (HR. Muslim, hadist no. 1599).

Imam An-Nawawi rohimahullah berkata di dalam kitabnya Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim :

والمضغة القطعة من اللحم سميت بذلك لأنها تمضغ في الفم لصغرها قالوا المراد تصغير القلب بالنسبة إلى باقي الجسد مع أن صلاح الجسد وفساده تابعان للقلب وفي هذا الحديث التأكيد على السعي في صلاح القلب وحمايته من الفساد واحتج بهذا الحديث على أن العقل في القلب لا في الرأس وفيه خلاف مشهور مذهب أصحابنا وجماهير المتكلمين أنه في القلب

Mudgoh itu adalah potongan dari daging. Dinamakan demikian karena dikunyah di dalam mulut sebab ukurannya kecilnya. Para ulama mengatakan : yang dimaksud mengecilnya hati secara rasional adalah dia berada di dalam jasad untuk kebaikan jasad, dan rusaknya hati mengikuti keadaan hati. Dan di dalam hadist ini menegaskan adanya usaha untuk memperbaiki hati dan menjaga dari kerusakan. Dan hadist ini mengklaim bahwa akal itu di hati bukan di kepala, dan dalam hal ini terdapat perbedaan yang masyhur di kalangan ulama mazhab kami (Syafi’iyyah) dan jumhur (mayoritas) ulama kalam bahwa akal itu tempatnya di hati. (Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim, jilid 11 halaman 28).

MasyaAllah, berdasarkan perkataan Imam An-Nawawi di atas yang membicarakan tentang hati, betapa pentingnya memperbaiki hati agar seluruh jasad juga ikut menjadi baik, sebab hati adalah raja bagi seluruh tubuh dan rusaknya jasad tergantung dengan keadaan hati manusia.

Terkadang, ketika hati sedang tidak enak, apapun perbuatan orang lain akan menjadi salah. Kenapa? Karena hati tidak tenang ataupun pada saat itu hatinya dipenuhi rasa iri dan dengki terhadap nikmat yang diperoleh orang lain. Jika hati rusak, maka rusaklah jasad secara keseluruhan. Tidak heran jika ada orang yang nekat membunuh saudaranya hanya gara-gara hatinya rusak dikarnakan hatinya dipenuhi rasa iri, dengki serta perbuatan tercela lainnya.

Sebagai seorang muslim, isilah hati dengan perbuatan-perbuatan yang disukai oleh Allah. Isi hati dengan dzikir, ilmu dan berbagai amal sholeh lainnya agar hati menjadi tenang. Jika hati tenang, maka hatipun menjadi baik disebabkan diisi dengan perbuatan yang baik, dan manusia akan jauh dari mengerjakan perbuatan buruk.

Allah berfirman :

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. Ar-Ra’ad : 28).

Imam Ibnul Qayyim rohimahullah berkata di dalam kitabnya Ar-Ruh :

فَإِن طمأنينة الْقلب سكونه واستقراره بِزَوَال القلق والانزعاج وَالِاضْطِرَاب عَنهُ وَهَذَا لَا يَتَأَتَّى بِشَيْء سوى الله تَعَالَى وَذكره الْبَتَّةَ

Ketenangan hati itu adalah akan melahirkan kedamaian dan kemampuannya bisa menghilangkan kegalauan, gangguan dan kebimbangan darinya, dan ini tidak mendatangkan apapun kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengingat-Nya sama sekali. (Ar-Ruh, jilid 1 halaman 220).

Ketenangan hati itu mahal harganya, betapa banyak orang-orang kaya yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, memang tenang secara zohir karna kebutuhan zohirnya terpenuhi dan tidak berfirkir apa yang akan dia makan di esok harinya, namun mereka tidak mendapatkan ketenangan batin. Harta tak menjamin hati menjadi tenang, maka betapa banyak ditemukan orang yang mabuk-mabukan hanya ingin mencari ketenangan hati, yang mereka dapatkan malah sebaliknya. Di waktu itu dia memang tenang secara zohir karna akalnya hilang disebabkan meminum minuman keras. Tapi setelah efek minuman keras itu hilang, dia akan kembali seperti semula, hatinya kembali menjadi tidak tenang, karena banyak pikiranlah, tekananlah dan berbagai hal lainnya. Dari efek minuman itu bisa menimbulkan mudorot, bisa membunuh oranglah ataupun berbuat keji kepada orang lain. Jika hatinya sudah rusak, maka rusak pula seluruh jasadnya, tak heran jika dia melakukan perbuatan yang dimurkai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Bagi orang-orang yang beriman, ketenangan hati itu hanya diperoleh dengan mengingat Allah, karena dengan berdzikir hati akan menjadi tenang. Ibarat batre HP, ketika batre HP lowbat, maka batre tersebut harus di cas supaya HP itu tidak sampai mati mendadak. Begitu pula dengan hati, apabila hati dalam keadaan lowbat, maka jangan dibiarkan dia terus-terusan lowbat, cas hati dengan berdzikir kepada Allah, mendengarkan kajian para ustadz agar hati menjadi terisi kembali dengan nasehat-nasehat ataupun motivasi untuk beribadah kepada Allah.

Baik buruknya perbuatan tergantung keadaan hati, jika hatinya dipenuhi rasa iri dan dengki, maka perbuatannya pun akan menjadi rusak, dia akan melakukan perbuatan yang tercela, yaitu perbuatan yang dibenci oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Namun jika hatinya baik, di isi dengan dzikir dan amal sholeh, insyaAllah hatinya akan menjadi baik dan dia akan jauh dari melakukan perbuatan yang buruk dan insyaAllah perbuatan yang dia lakukan sesuai dengan yang diajarkan syari’at Islam serta dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Semoga bermanfaat.

Penulis : Fastabikul Randa Ar-Riyawi