Tawakal Kepada Allah Adalah Kunci Dimurahkan Rezeki

Sebagai seorang muslim, kita diperintahkan untuk bertawakal kepada Allah setelah melakukan usaha, karena dengan tawakal seseorang percaya bahwa Allah adalah sebaik-baik pengatur urusan dan sebaik-baik tempat bergantung.

Dari Umar bin Khattab rodhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لَوْ أَنَّكُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا

Seandainya kalian benar-benar bertawakal kepada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rezeki sebagaimana burung mendapatkan rezeki. Burung tersebut pergi di waktu pagi dalam keadaan lapar dan kembali di waktu sore dalam keadaan kenyang. (HR. Al-Bazzar, hadist no. 340).

Beberapa point yang bisa diambil dari hadits di atas menurut Ibnu Rojab di dalam kitab Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam :

1. Hadits ini adalah dalil utama dalam masalah tawakal

Beliau rohimahullah berkata :

وَهَذَا الْحَدِيثُ أَصْلٌ فِي التَّوَكُّلِ

Hadits ini adalah dalil utama dalam masalah tawakal. (Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, jilid 2 halaman 496).

2. Tawakal itu menjadi sebab terbesar yang bisa mendatangkan rezeki

Ibnu Rojab rohimahullah berkata :

وَأَنَّهُ مِنْ أَعْظَمِ الْأَسْبَابِ الَّتِي يُسْتَجْلَبُ بِهَا الرِّزْقُ، قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: {وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا – وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ}

Dan Tawakal itu menjadi sebab terbesar yang bisa mendatangkan rezeki. Sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla : “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya.” (QS. At-Thalaq : 2-3). (Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, jilid 2 halaman 496-497).

3. Jika menjalankan taqwa dan tawakal dengan benar, maka Allah akan mencukupkan urusan dunia dan agama mereka

وَقَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – هَذِهِ الْآيَةَ عَلَى أَبِي ذَرٍّ، وَقَالَ لَهُ: لَوْ أَنَّ النَّاسَ كُلَّهُمْ أَخَذُوا بِهَا لَكَفَتْهُمْ يَعْنِي: لَوْ حَقَّقُوا التَّقْوَى وَالتَّوَكُّلَ؛ لَاكْتَفَوْا بِذَلِكَ فِي مَصَالِحِ دِينِهِمْ وَدُنْيَاهُمْ

Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah membaca ayat ini kepada Abu Dzar rodhiyallahu ‘anhu, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Abu Dzar : “Seandainya manusia seluruhnya memperhatikan ayat ini, tentu hal itu akan mencukupi mereka.” Artinya, seandainya manusia menjalankan takwa dan tawakal dengan benar, maka urusan dunia dan agama mereka akan tercukupi. (Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, jilid 2 halaman 497).

4. Hakikat tawakal adalah keikhlasan hati bersandar kepada Allah

وَحَقِيقَةُ التَّوَكُّلِ: هُوَ صِدْقُ اعْتِمَادِ الْقَلْبِ عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فِي اسْتِجْلَابِ الْمَصَالِحِ، وَدَفْعِ الْمَضَارِّ مِنْ أُمُورِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ كُلِّهَا

Dan hakikat tawakal : keikhlasan hati bersandar kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Agung, untuk mencari kepentingan dan menolak urusan dunia dan akhirat seluruhnya. (Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, jilid 2 halaman 497).

5. Dan realisasi iman yang tidak memberi, tidak melarang, tidak membahayakan, dan tidak memberi manfaat selain kepada-Nya.

وَتَحْقِيقُ الْإِيمَانِ بِأَنَّهُ لَا يُعْطِي وَلَا يَمْنَعُ وَلَا يَضُرُّ وَلَا يَنْفَعُ سِوَاهُ

Dan realisasi iman yang tidak memberi, tidak melarang, tidak membahayakan, dan tidak memberi manfaat selain kepada-Nya. (Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, jilid 2 halaman 497).

Seorang muslim memang diharuskan bertawakal kepada Allah, namun harus melalui usaha terlebih dahulu. Setelah berusaha, barulah bertawakal kepada Allah, bukan bertawakal saja tanpa melakukan usaha apa-apa dalam mendapatkan apa yang dia inginkan.

 Dari ‘Amar bin Umayyah rodhiyallahu ‘anhu, dari ayahnya berkata :

قَالَ رَجُلٌ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُرْسِلُ نَاقَتِي وَأَتَوَكَّلُ؟ قال: اعقلها وتوكل

Seorang lelaki berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, apakah saya ikat unta saya lalu tawakal kepada Allah ‘Azza wa Jalla ataukah saya lepas saja sambil bertawakal kepada-Nya? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : Ikatlah dulu untamu itu kemudian baru bertawakal kepada Allah. (HR. Ibnu Hibban, hadist no. 731).

Imam Ibnu Hibban rohimahullah mengomentari hadist di atas di dalam kitabnya Shahih Ibnu Hibban :

حديث حسن

Hadist ini Hasan. (Shahih Ibnu Hibban, jilid 2 halaman 510).

Semoga bermanfaat.

Penulis : Fastabikul Randa Ar-Riyawi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *