Tugas Malaikat (1)

Malaikat adalah makhluk yang paling taat kepada Allah Ta’ala. Diciptakan Allah untuk beribadah kepada Allah. Apa yang diperintahkan oleh Allah kepadanya selalu dikerjakan dan tidak pernah bermaksiat kepada Allah. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

…بَلْ عِبادٌ مُكْرَمُونَ (26) لا يَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ وَهُمْ بِأَمْرِهِ يَعْمَلُونَ (27) يَعْلَمُ ما بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَما خَلْفَهُمْ وَلا يَشْفَعُونَ إِلاَّ لِمَنِ ارْتَضى وَهُمْ مِنْ خَشْيَتِهِ مُشْفِقُونَ (28)

“Sebenarnya mereka (para malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan. mereka tidak berbicara mendahului-Nya dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya. Dia (Allah) mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tidak memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridai (Allah), dan mereka selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya.”[1]

Di antara jumlah yang sangat banyak, para malaikat memiliki tugas yang berbeda, dan berikut adalah beberapa tugas malaikat,

Pertama, Malaikat yang menjaga Neraka dan surga. Malaikat penjaga neraka adalah malaikat yang kasar dan keras terhadap ahli Neraka dan mereka tidak akan melawan perintah Allah. Sebagaimana firman Allah,

…عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

“…Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”[2]

Adapun malaikat penjaga surga sebaliknya, mereka memberikan salam penghormatan kepada ahli surga dan mendoakannya, sebagaimana firman Allah,

وَسِيْقَ الَّذِيْنَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ اِلَى الْجَنَّةِ زُمَرًا ۗحَتّٰىٓ اِذَا جَاۤءُوْهَا وَفُتِحَتْ اَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا سَلٰمٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَادْخُلُوْهَا خٰلِدِيْنَ

“Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya diantar ke dalam surga secara berombongan. Sehingga apabila mereka sampai kepadanya (surga) dan pintu-pintunya telah dibukakan, penjaga-penjaganya berkata kepada mereka, “Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! Maka masuklah, kamu kekal di dalamnya.””[3]

Kedua, Malaikat yang ditugaskan memikul Arsy Allah. Sebagaimana firman Allah,

الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ

“(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan (malaikat) yang berada di sekelilingnya bertasbih dengan memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memohonkan ampunan untuk orang-orang yang beriman (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu yang ada pada-Mu meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat dan mengikuti jalan (agama)-Mu dan peliharalah mereka dari azab neraka yang menyala-nyala.”[4]

Dan juga firman Allah,

وَيَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ يَوْمَئِذٍ ثَمَانِيَةٌ

“Pada hari itu delapan malaikat menjunjung ‘Arsy (singgasana) Tuhanmu di atas (kepala) mereka.”[5]

Ketiga, Malaikat yang bertugas membawa wahyu. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

يُنَزِّلُ الْمَلَائِكَةَ بِالرُّوحِ مِنْ أَمْرِهِ عَلَى مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ أَنْ أَنْذِرُوا أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاتَّقُونِ

“Dia menurunkan para malaikat membawa wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, (dengan berfirman) yaitu, “Peringatkanlah (hamba-hamba-Ku), bahwa tidak ada tuhan selain Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku.””[6]

Lafadz ruh pada ayat ini disebut wahyu karena wahyu membawa kehidupan pada hati, seperti hujan yang membawa kehidupan pada bumi.

Kata ruh juga bermakna Al-Quran, sebagaimana firman Allah,

وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا

“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) ruh (Al-Qur’an) dengan perintah Kami.”[7]

Kata ruh juga digunakan untuk Jibril Alaihissalam, Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ (193) عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ (194) بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ

“Yang dibawa turun oleh ar-Ruh al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar engkau termasuk orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.”[8]

Keempat, malaikat yang bertugas menurunkan hujan dan menggerakkan awan. inilah malaikat Mikail, yang bertugas memelihara hujan, tumbuh-tumbuhan, yang dari keduanya tercipta berbagai rezeki di dunia ini.

Allah Ta’ala berfirman,

مَنْ كَانَ عَدُوّاً لِلَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَرُسُلِهِ وَجِبْرِيلَوَمِيْكٰىلَ فَاِنَّ اللّٰهَ عَدُوٌّ لِّلْكٰفِرِيْنَ

Barangsiapa menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah musuh bagi orang-orang kafir.[9]

Ibnu katsir mengomentari ayat ini bahwa malaikat mikail ditugaskan untuk memelihara hujan dan tumbuh-tumbuhan.[10]

Kelima, malaikat yang bertugas meniup sangkakala. Malaikat ini bernama Malaikat Israfil. Yang dimaksud dengan sangkakala adalah terompet yang akan ditiup sebagai salah satu tanda hari kiamat. Dalam prosesnya sangkakala ditiup sebanyak tiga kali, yang pertama sebagai tiupan yang menggagetkan seluruh makhluk, sehingga semuanya panik dan terkejut. Allah berfirman,

وَيَوْمَ يُنْفَخُ فِى الصُّوْرِ فَفَزِعَ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَمَنْ فِى الْاَرْضِ اِلَّا مَنْ شَاۤءَ اللّٰه

“Dan (ingatlah) hari (ketika) ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah.”[11]

Adapun tiupan kedua menyebabkan kematian massal kepada seluruh makhluk. Dan tiupan ketiga adalah tiupan kebangkitan seluruh makhluk. Kedua tiupan ini sebagaimana isi firman Allah,

وَنُفِخَ فِى الصُّوْرِ فَصَعِقَ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَمَنْ فِى الْاَرْضِ اِلَّا مَنْ شَاۤءَ اللّٰهُ ۗ ثُمَّ نُفِخَ فِيْهِ اُخْرٰى فَاِذَا هُمْ قِيَامٌ يَّنْظُرُوْنَ

Dan sangkakala pun ditiup, maka matilah semua (makhluk) yang di langit dan di bumi kecuali mereka yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sekali lagi (sangkakala itu) maka seketika itu mereka bangun (dari kuburnya) menunggu (keputusan Allah).[12]


[1] QS. Al-Anbiya’: 26-28

[2] QS. At-Tahrim: 6

[3] QS. Az-Zumar: 73

[4] QS. Gafir: 7

[5] QS. Al-Haqqah: 17

[6] QS. An-Nahl: 2

[7] QS. Asy-Syuraa: 52

[8] QS. Asy-Syu’ara: 193-195

[9] QS. Al-Baqarah: 98

[10] Ibnu Kasir, Al-Bidayah wa Al-Nihayah, juz 1 hal. 49

[11] QS. An-Naml: 87

[12] QS. Az-Zumar: 68

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *