Wafatnya Ulama Awal dari Kerusakan Manusia

Ulama adalah pewaris para Nabi di dunia ini, ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat, maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggalkan pewarisnya. Siapa pewaris para Nabi? Pewaris para Nabi adalah ulama, merekalah penyambung lisan para Nabi yang akan memperbaiki keadaan manusia dengan bekal ilmu yang ditinggalkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berupa Al-Qur’an dah Sunnah.

Dari Katsir bin Qois rodhiyallahu ‘anhu berkata, dari Abu Darda rodhiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ، إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا، إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ

Sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak. (HR. Ibnu Majah, hadist no. 223).

Hadist ini dishahihkan oleh kebanyakan para ulama ahli hadist.

Akhir-akhir ini begitu banyak para ulama diwafatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tentunya ini merupakan kesedihan bagi kaum muslimin karna berkurangnya pewaris para Nabi di dunia ini. Dan ini merupakan awal dari kerusakan manusia. Kenapa? Karena semakin berkurangnya ulama yang didengar omongannya oleh kaum muslimin, semakin mereka jauh dari mendengarkan ilmu-ilmu agama, sehingga sedikit demi sedikit mereka jauh dari jalan yang diajarkan oleh baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga ketika mereka jauh dari agama, mereka mengangkat pemimpin sesuai dengan hawa nafsu mereka, dan akhirnya orang-orang bodoh dijadikan pemimpin. Akhirnya pemimpin yang bodoh ini berftawa tanpa ilmu dan menyesatkan banyak orang, maka rusaklah manusia disebabkan fatwa tanpa ilmu tersebut.

Dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash rodhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبِضُ العِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ العِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ العِلْمَ بِقَبْضِ العُلَمَاءِ، حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا، فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ، فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا

Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu sekaligus mencabutnya dari hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama hingga bila sudah tidak tersisa ulama maka manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh, ketika mereka ditanya mereka berfatwa tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan. (HR. Bukhari, hadist no. 100).

Imam An-Nawawi rohimahullah mengomentari hadist yang hampir mirip dengan hadist di atas di dalam kitabnya Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim, hanya beda beberapa kalimat saja, beliau berkata :

هذا الحديث يبين أن المراد بقبض العلم في الأحاديث السابقة المطلقة ليس هو محوه من صدور حفاظه ولكن معناه أنه يموت حملته ويتخذ الناس جهالا يحكمون بجهالاتهم فيضلون ويضلون

Hadits ini menjelaskan bahwa maksud diangkatnya ilmu sebagaimana yang dijelaskan pada hadist-hadist terdahulu secara mutlak. Bukanlah menghapuskannya dari dada para penghafalnya, akan tetapi maknanya adalah wafatnya para pemilik ilmu tersebut. Dan manusia kemudian menjadikan orang-orang bodoh untuk memutuskan hukum dengan kebodohan mereka. Akhirnya mereka pun sesat dan menyesatkan orang lain. (Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim, jilid 16 halaman 223-224).

Lihatlah sekarang betapa banyak orang-orang yang tidak paham agama berfatwa dan didengar oleh umat Islam, akhirnya menyesatkan banyak orang. Namun orang-orang yang mengangkat orang-orang bodoh menjadi pemimpin itu tidak sadar dan merasa tidak bersalah disebabkan dia jauh dari ilmu agama. Dia juga tidak paham dengan syari’at Islam sehingga dia sembarangan mengangkat pemimpin.

Inilah salah satu tanda-tanda hari kiamat seperti yang disabdakan oleh baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sejak 1400 tahun yang lalu, dan sekarang semua yang dikatakan oleh Rasulullah terbukti dan sedang kita hadapi, khususnya kejadian-kejadian yang ada di Indonesia.

Dari Anas bin Malik rodhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ: أَنْ يُرْفَعَ العِلْمُ وَيَثْبُتَ الجَهْلُ، وَيُشْرَبَ الخَمْرُ، وَيَظْهَرَ الزِّنَا

Sesungguhnya termasuk tanda-tanda hari kiamat adalah diangkatnya ilmu dan tetapnya kebodohan, banyaknya orang yang meminum minuman keras serta merebaknya zina. (HR. Bukhari, hadist no. 80).

Jika semua tanda-tanda sudah muncul, maka ketahuilah bahwa kita sedang berada di penghujung zaman dan tanda-tanda yang muncul itu merupakan tanda-tanda awal akan terjadinya hari kiamat. Adapun kapan terjadinya hanya Allah lah yang Maha Mengetahui tentang itu semua. Kita sebagai manusia hanya mempersiapkan diri saja dengan cara beribadah kepada Allah dengan sebanyak-banyaknya sebagai bekal untuk dibawa ke akhirat kelak.

Ulama adalah orang yang membantu kaum muslimin untuk menggapai ridho Allah, sebab mengerjakan segala sesuatu haruslah dengan ilmu, dan orang yang mengetahui ilmu adalah para ulama. Untuk itu ummat Islam butuh ulama sebagai jembatan untuk menggapai ridho Allah. Maka dari itu, selagi pewaris para Nabi hidup di dunia ini, dengarkan perkataan mereka, patuh dan taat kepada mereka, karena tidak ada yang mereka kehendaki melainkan kebaikan, dan agar manusia kembali ke jalan yang haq, yaitu jalan orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah, bukan jalan orang-orang yang disesatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ya Allah, jika kami pernah tidak patuh dan taat kepada ulama, maka ampuni kami atas kekhilafan kami serta berilah petunjuk kepada kami dan satukanlah kami bersama orang-orang yang Engkau beri petunjuk, bukan dengan orang-orang yang Engkau sesatkan. Aaamiin Ya Robbal ‘Aalamiin.

Semoga bermanfaat.

Penulis : Fastabikul Randa Ar-Riyawi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *