Allah Menguji Hamba-Nya Sesuai Kadar Keimanan

Manusia tidak luput dari ujian, kapanpun dan di manapun dia pasti akan diuji oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Berat ataupun ringan ujiannya tergantung kualitas iman seorang manusia. Semakin kuat iman seorang manusia, maka semakin berat pula ujian yang akan dia terima.

Namun yang luput dari pikiran manusia selama ini adalah mereka tidak tau bahwa sebenarnya ujian yang Allah timpakan pada mereka sesuai dengan kemampuan mereka, bukan di luar batas kemampuan mereka, dan Allah sudah pasti punya tujuan dengan menguji hamba-Nya tersebut. Seberat apapun ujian yang diterima seorang manusia, maka yakinlah bahwa itu semua sesuai dengan kadar keimananya dan sesuai dengan kemampuannya.

Allah berfirman :

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (QS. Al-Baqarah : 286).

Imam Al-Baidhowi rohimahullah mengomentari ayat di atas di dalam kitab tafsirnya Anwaarut Tanzil wa Asroorut Ta’wil :

لاَ يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْساً إِلَّا وُسْعَها إلا ما تسعه قدرتها فضلاً ورحمةً، أو ما دون مدى طاقتها بحيث يتسع فيه طوقها ويتيسر عليها

Allah tidak membebani suatu jiwa di luar kesanggupannya kecuali apa yang ada dalam kekuatannya, dengan rahmat dan kasih sayang, atau apa yang di bawah batas kekuatannya, yang kerahnya mengembang dan menjadi mudah baginya. (Anwaarut Tanzil wa Asroorut Ta’wil, jilid 1 halaman 166).

Itulah suatu tanda Maha besarnya Allah. Bahwa Dia tidak memberikan ujian di luar kesanggupan hamba-Nya. Allah memberikan ujian kepada hamba-Nya justru sudah tau bahwa hamba-Nya tersebut sanggup menjalaninya. Dan sering kali manusia lemah dengan ujian dan akhirnya berprasangka buruk kepada Allah. Padahal ujian tersebut sudah sesuai dengan tingkat keimanannya dan Allah pasti punya solusi dari masalah atau ujian yang dia hadapi.

Percayalah, bahwa tidak ada manusia yang berat ujiannya selain para Nabi dan Rasul dan seorang manusia diuji sesuai kualitas agamanya. Semakin tinggi keimanan seorang muslim, tentunya tidak sama ujiannya dengan seseorang yang tingkat keimanannya berada di bawahnya.

Dari Mus’ab bin Sa’ad, dari ayahnya berkata :

قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلَاءً؟ قَالَ: الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ، فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلَاؤُهُ، وَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِيَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَمَا يَبْرَحُ البَلَاءُ بِالعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِي عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ

Saya berkata : “Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka dia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa. (HR. At-Tirmidzi, hadits no. 2398).

Imam At-Tirmidzi rohimahullah mengomentari hadits di atas :

هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ

Hadits ini Hasan Shahih. (Sunan At-Tirmidzi, jilid 4 halaman 601).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ عِظَمَ الجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ البَلاَءِ، وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ

Sesungguhnya balasan terbesar dari ujian yang berat. Jika Allah mencintai suatu kaum, maka Allah akan memberikan cobaan kepada mereka. Barangsiapa ridho, maka Allah pun ridho. Dan barangsiapa murka (tidak suka pada cobaan tersebut), maka baginya murka Allah. (HR. At-Tirmidzi, hadits no. 2396).

Salah satu hikmah Allah menguji hamba-Nya adalah agar dosa manusia berkurang bahkan gugur dengan adanya ujian tersebut. Namun manusia banyak yang tidak sadar bahkan tidak ridho dengan ujian tersebut. Jikalau manusia itu ridho dengan ujian yang Allah berikan, maka dia akan mendapatkan ridho dari Allah, sebaliknya jika manusia tersebut mengeluh dan berprasangka buruk terhadap Allah dengan ujian yang datang kepadanya, maka Allah akan murka kepadanya.

Jika Allah mengujimu, maka itu suatu pertanda Allah sedang mencintaimu dan menginginkan dosa-dosamu hilang serta menginginkan kebaikan pada dirimu yang kamu sendiri tidak mengetahuinya. Seberat apapun masalahmu, seberat apapun ujian yang kau hadapi, itu semua ada jalan keluarnya dan Allah pasti akan menolongmu. Yakinlah bahwa Allah tidak akan pernah meninggalkan hamba-Nya selama hamba-Nya tidak meninggalkan-Nya.

Allah berfirman :

مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَىٰ

Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu. (QS. Ad-Duha : 3).

Maka dari itu bersabarlah dalam menghadapi ujian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ambil hikmahnya karena setiap ujian pasti ada pelajaran yang bisa dipetik dan pasti ada kebaikan yang Allah inginkan pada diri hamba-Nya. Jika dia ridho dengan ujian Allah, maka tentunya Allah juga akan ridho kepadanya, tapi jika dia mengeluh dan berprasangka buruk terhadap Allah karena ujian tersebut, maka Allah akan murka kepadanya. Maka bersabarlah dengan semua ujian yang menimpamu.

Semoga bermanfaat.

Penulis : Fastabikul Randa Ar-Riyawi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *