Apakah Setelah Berhubungan Intim Harus Segera Mandi Junub?

Masih banyak di luar sana yang belum mengetahui tentang apakah setelah berhubungan suami istri harus segera mandi junub ataukah boleh ditunda. Dan hal ini terkadang dianggap sepele oleh kebanyakan orang, karena masa bodo dengan ilmu agama.

Namun sebagai seorang muslim, haruslah mengetahui bagaimana ajaran Islam yang benar yang sesuai denga napa yang dicontohkan oleh baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Salah satunya adalah tentang mandi junub, apakah setelah berhungan suami istri harus segera mandi junub atau boleh ditunda sebelum shalat Subuh?

Dari Abdullah bin Qois rodhiyallahu ‘anhu berkata, saya bertanya kepada Ummul Mukminin Aisyah rodhiyallahu ‘anha tentang apa yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika junub di rumahnya. Aku berkata :

كَيْفَ كَانَ يَصْنَعُ فِي الْجَنَابَةِ؟ أَكَانَ يَغْتَسِلُ قَبْلَ أَنْ يَنَامَ؟ أَمْ يَنَامُ قَبْلَ أَنْ يَغْتَسِلَ؟ قَالَتْ: ” كُلُّ ذَلِكَ قَدْ كَانَ يَفْعَلُ، رُبَّمَا اغْتَسَلَ فَنَامَ، وَرُبَّمَا تَوَضَّأَ فَنَامَ، قُلْتُ: الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي جَعَلَ فِي الْأَمْرِ سَعَةً

Bagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jika dalam keadaan junub? Apakah beliau mandi sebelum tidur ataukah tidur sebelum mandi?” ‘Aisyah menjawab :  “Semua itu pernah dilakukan oleh beliau. Terkadang beliau mandi lalu tidur. Terkadang beliau berwudhu dulu lalu tidur.” Maka aku (Abdullah bin Abu Qais) berkata : “Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan segala urusan begitu lapang.” (HR. Muslim, hadist no. 307).

Dari Ibnu ‘Umar rodhiyallahu ‘anhu berkata, bahwa ‘Umar bin Khattab rodhiyallahu ‘anhu bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :

أَيَرْقُدُ أَحَدُنَا وَهُوَ جُنُبٌ؟ قَالَ: «نَعَمْ إِذَا تَوَضَّأَ أَحَدُكُمْ، فَلْيَرْقُدْ وَهُوَ جُنُبٌ»

Apakah salah seorang di antara kami boleh tidur sedangkan dia dalam keadaan junub? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : “Iya, apabila salah seorang di antara kalian dalam keadaan junub, lalu dia ingin tidur, maka hendaklah dia berwudhu terlebih dahulu. (HR. Bukhari, hadist no. 287).

Dari Aisyah rodhiyallahu ‘anha berkata :

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «إِذَا أَرَادَ أَنْ يَنَامَ، وَهُوَ جُنُبٌ، غَسَلَ فَرْجَهُ، وَتَوَضَّأَ لِلصَّلاَةِ»

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila hendak tidur sedangkan beliau dalam keadaan junub, maka beliau mencuci kemaluannya lalu berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat. (HR. Bukhari, hadist no. 288).

Imam Badruddin Al-‘Ainy rohimahullah mengomentari hadist di atas sebagaimana disebutkan di dalam kitabnya ‘Umdatul Qory Syarah Shahih Al-Bukhari :

ذكر مَعْنَاهُ قَوْله: (كَانَ) يدل على الِاسْتِمْرَار

Disebutkan bahwa arti “kaana’ di sini menunjukkan berkelanjutan. (‘Umdatul Qory Syarah Shahih Al-Bukhari, jilid 3 halaman 245).

Artinya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sering melakukan seperti itu (mencuci kemaluannya lalu berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat) apabila beliau selesai berhubungan suami istri dan hendak tidur.

Imam Badruddin Al-‘Ainy rohimahullah melanjutkan :

إِذا قَوْله: (تَوَضَّأ للصَّلَاة) لَيْسَ مَعْنَاهُ أَنه تَوَضَّأ لأَدَاء الصَّلَاة إِذْ لَا يجوز الصَّلَاة لَهُ قبل الْغسْل، بل مَعْنَاهُ تَوَضَّأ وضوأً مُخْتَصًّا بِالصَّلَاةِ

Perkataan sebagaimana wudhu untuk shalat, bukan maksudnya beliau berwudhu untuk mengerjakan shalat, karena itu tidak boleh sebelum mandi junub. Akan tetapi maksdunya adalah berwudhu dengan wudhu yang khusus, sebagaimana berwudhu untuk shalat. (‘Umdatul Qory Syarah Shahih Al-Bukhari, jilid 3 halaman 245).

Hal ini sebagaimana wudhu yang dikerjakan seperti sekarang ini. Apabila seseorang ingin mengerjakan shalat, maka harus berwudhu terlebih dahulu. Nah wudhu seperti inilah yang dilakukan Rasulullah dalam keadaan junub dan ketika hendak tidur setelah berhubungan suami istri.

Imam Syaihabuddin Al-Qostholani rohimahullah berkata di dalam kitabnya Irsyadus Saari Lisyarhi Shahihil Bukhari :

واستنبط منه أن غسل الجنابة ليس على الفور، بل إنما يتضيق عند القيام إلى الصلاة

Kesimpulan dari hadist ini adalah bahwa mandi junub tidak perlu dilakukan sesegera mungkin. Akan tetapi bisa dilakukan ketika mendekati waktu shalat. (Irsyadus Saari Lisyarhi Shahihil Bukhari, jilid 1 halaman 337).

Oleh sebab itu menunda mandi junub sampai sebelum shalat Subuh hukumnya boleh menurut para ulama di atas, karena baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sering melakukan seperti itu, dengan syarat berwudhu terlebih dahulu seperti wudhu untuk shalat ketika hendak tidur.

Semoga bermanfaat.

Penulis : Fastabikul Randa Ar-Riyawi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *