Bergembira menyambut datangnya Ramadhan memang harus, karena Ramadhan adalah bulan mulia, di dalamnya terdapat keberkahan yang banyak, setan-setan dibelenggu, malam lailatul qodar yang lebih baik dari 1000 bulan serta pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup.
Dari Abu Hurairah rodhiyallah ‘anhu bercerita, bahwa ketika telah masuk Ramadhan maka baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانُ، شَهْرٌ مُبَارَكٌ، افْتَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ، تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ، وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ، وَتُغَلُّ فِيهِ الشَّيَاطِينُ، فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا، فَقَدْ حُرِمَ
Sungguh telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh dia terhalangi. (HR. Ahmad, hadist no. 7148).
MasyaAllah, betapa mulianya bulan Ramadhan dan betapa banyak keberkahan yang ada di dalamnya. Maka pantas para ulama-ulama salaf dulu, 6 bulan sebelum Ramadhan mereka telah berdo’a kepada Allah ingin dijumpakan dengan bulan Ramadhan.
Ibnu Rojab rohimahullah menuqil perkataan seorang tabi’in bernama Mu’alla bin Fadhol di dalam kitab Lathoif Al-Ma’arif :
كانوا يدعون الله تعالى ستة أشهر أن يبلغهم رمضان يدعونه ستة أشهر أن يتقبل منهم وقال يحيى بن أبي كثير كان من دعائهم: اَللَّهُمَّ سَلِّمْنـِي إِلَى رَمَضَانَ وَسَلِّمْ لِـي رَمَضَانَ وَتَسَلَّمْهُ مِنِي مُتَقَبَّلاً
Dulu para sahabat, selama enam bulan sebelum datang Ramadhan, mereka berdo’a agar Allah mempertemukan mereka dengan bulan Ramadhan. Kemudian, selama enam bulan sesudah ramadhan, mereka berdoa agar Allah menerima amal mereka selama bulan Ramadhan. Yahya bin Abi Katsir berkata, di antara do’a mereka adalah : “Ya Allah, antarkanlah aku hingga sampai Ramadhan, dan antarkanlah Ramadhan kepadaku, dan terimalah amal-amalku di bulan Ramadhan.” (Lathoif Al-Ma’arif, jilid 1 halaman 148).
Do’anya :
اَللَّهُمَّ سَلِّمْنـِي إِلَى رَمَضَانَ وَسَلِّمْ لِـي رَمَضَانَ وَتَسَلَّمْهُ مِنِي مُتَقَبَّلاً
Ya Allah, antarkanlah aku hingga sampai Ramadhan, dan antarkanlah Ramadhan kepadaku, dan terimalah amal-amalku di bulan Ramadhan.
Lalu, apakah hanya sebatas bergembira saja bisa mengharamkan jasad untuk masuk neraka?
Terdapat sebuah hadist yang sering disampaikan oleh para da’i, mereka menyandarkan hadist kepada baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bunyinya adalah :
ﻣَﻦْ ﻓَﺮِﺡَ ﺑِﺪُﺧُﻮﻝِ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ ﺣَﺮَّﻡَ ﺍﻟﻠﻪُ ﺟَﺴَﺪَﻩُ ﻋَﻠﻰَ ﺍﻟﻨِّﻴْﺮَﺍﻥِ
Barangsiapa bergembira dengan masuknya bulan Ramadhan, maka Allah akan mengharamkan jasadnya masuk neraka.
Catatan tentang kalimat di atas :
Kami mengetahui kalimat ini sewaktu masih di pesantren, dan kalimat di atas kami temukan langsung di dalam sebuah kitab bernama “Durrotun Nasihin”. Kalimat di atas tanpa sanad, tapi langsung menyebutkan bahwa itu sebuah Hadist. Setelah menempuh jenjang Pendidikan perkuliyahan, kami pernah mencari kalimat yang disangka banyak orang sebagai Hadist ini. Kami mencari di beberapa kitab-kitab Hadist para ulama yang diakui. Namun kami tidak menemukan kalimat ini. Bahkan kami juga telah mencari di pembahasan Hadist-Hadist dho’if, tapi tidak juga ditemukan. Serta kami telah menanyakan derajat yang disangka hadist tersebut kepada guru kami yang memang jurusan Hadist, tapi beliau juga tidak mengetahui kalimat tersebut. Serta pernah di waktu dauroh kami menanyakan kepada salah seorang Syekh tentang derajat hadist tersebut, dan syekh tersebut juga tidak mengethui dan beliau mengatakan tidak menjumpainya di dalam kitab-kitab para ulama.
Maka bisa dipastikan derajat kalimat yang disangka hadist di atas adalah maudu’ (palsu). Sehingga jika sebuah hadist palsu, maka tidak boleh disandarkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena sama saja berbohong atas nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan Rasulullah mengancam orang yang berbohong atas nama beliau.
Dari Al-Mughiroh rodhiyallahu ‘anhu berkata, saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ كَذِبًا عَلَيَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ، مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا، فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ»
Sesungguhnya berdusta atas namaku tidaklah sama dengan berdusta pada selainku. Barangsiapa yang berdusta atas namaku secara sengaja, maka hendaklah dia menempati tempat duduknya di neraka. (HR. Bukhari, hadist no. 1291).
Oleh sebab itu, bergembira datangnya bulan Ramadhan itu boleh dan memang seharusnya bagi seorang muslim disebabkan keutamaan bulan Ramadhan yang sangat besar. Akan tetapi, jika meyakini bahwa hanya dengan bergembira menyambut datangnya bulan Ramadhan saja bisa menghindarkan jasad dari api neraka bahkan diharamkan jasadnya disentuh api neraka, maka keyakinan seperti itu yang tidak benar dan harus diluruskan serta ditinggalkan, karena hadist yang menerangkan tentang hal tersebut palsu dan tidak boleh disandarkan kepada baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ciri-ciri hadist maudu’ (palsu) adalah amalan spele tapi memiliki ganjaran yang sangat besar, serta tidak terdapat sanad hadistnya dan tidak terdapat di dalam kitab-kitab para ulama.
Berhati-hatilah menyebarkan hadist palsu, apalagi mengatasnamakan baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan untuk para da’i untuk tidak lagi menyampaikan kalimat ini, karena kalimat ini tidak pantas disandarkan kepada baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sama saja berbohong atas nama baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka jauhilah dari menyebarkan hadist palsu karena bisa menyebabkan penyebarnya mendapatkan dosa dan tentunya hal itu tidak disukai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Semoga bermanfaat.
Penulis : Fastabikul Randa Ar-Riyawi