Keutamaan Memuliakan Tetangga dalam Islam

Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk memuliakan tetangga, baik tetangga itu Islam maupun non Islam.

Allah berfirman :

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. (QS. An-Nisa’ : 36).

Imam Al-Mawardi rohimahullah mengomentari ayat di atas di dalam tafsirnya An-Nukat wal ‘uyun :

{وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى}

Tetangga yang dekat.

فيه قولان: أحدهما: بمعنى ذي القرابة والرحم وهم الذين بينك وبينهم قرابة نسب , وهذا قول ابن عباس , ومجاهد. والثاني: يعني الجار ذي القربى بالإسلام

Mengenai ini ada 2 pendapat, Yang pertama : Artinya mempunyai hubungan kekerabatan, mereka yang mempunyai hubungan nasab denganmu. Dan ini adalah pendapat Ibnu ‘Abbas dan Mujahid. Yang Kedua : Yaitu tetangga dekat yang beragama Islam.

{وَالْجَارِ الْجُنُبِ}

Dan tetangga yang jauh.

فيه قولان: أحدهما: الجار البعيد في نسبه الذي ليس بينك وبينه قرابة , وهو قول ابن عباس ومجاهد. والثاني: أنه المشرك البعيد في دينه. والجنب في كلام العرب هو البعيد , ومنه سُمي الجنب لاعتزاله الصلاة حتى يغتسل

Mengenai ini ada 2 pendapat, Yang pertama : Tetangga yang jauh nasabnya (keturunannya) dan tidak ada hubungan anatara kamu dan dia. Ini adalah pendapat Ibnu ‘Abbas dan Mujahid. Yang kedua : Dia adalah seorang tetangga yang musyrik dan jauh dari agama. Dan Junubi menurut perkataan orang arab adalah “jauh”. Dan dari sinilah kemudian dia disebut junub karena meninggalkan shalat hingga dia mandi. (An-Nukat wal ‘uyun, jilid 1 halaman 485).

Berdasarkan keterangan Imam Al-Mawardi di atas, bahwa seorang muslim harus memuliakan tetangga tanpa melihat agamanya, baik tetangga itu muslim maupun non muslim karena Islam tidak pernah membeda-bedakan hal itu.

Dari Abu Dzar rodhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya :

يَا أَبَا ذَرٍّ إِذَا طَبَخْتَ مَرَقَةً، فَأَكْثِرْ مَاءَهَا، وَتَعَاهَدْ جِيرَانَكَ

Wahai Abu Dzar, jika engkau memasak masakan yang berkuah, maka perbanyaklah kuahnya dan perhatikanlah tetanggamu. (HR. Muslim, hadits no. 2625).

Syekh At-Thoyyib Ahmad Hutoibah rohimahullah mengomentari hadits di atas di dalam Syarah Riyadus Shalihin :

فإذا طبخت مرقة فأكثر ماءها، ولم يقل النبي صلى الله عليه وسلم: فأكثر لحمها، لأنه ليس كل واحد سيجد اللحم، فأعطه شربة مرق فقد يكون فقيراً محتاجاً فيدعو لك، ويبيت فرحاناً

Apabila kamu memasakan makanan yang berkuah, maka perbanyaklah kuahnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyebutkan : Perbanyaklah dagingnya. Karena tidak setiap orang bisa membeli daging, maka paling tidak berilah tetanggamu kuah dari makanan tersebut, karena kadang-kadang seorang yang fakir membutuhkan itu, bisa jadi dia mendo’akanmu, dan dia tinggal di rumahnya dengan rasa gembira. (Syarah Riyadus Shalihin, jilid 13 halaman 6).

Dari Abdullah bin ‘Amr rodhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

خَيْرُ الأَصْحَابِ عِنْدَ اللهِ خَيْرُهُمْ لِصَاحِبِهِ، وَخَيْرُ الجِيرَانِ عِنْدَ اللهِ خَيْرُهُمْ لِجَارِهِ

Sahabat yang paling baik di sisi Allah adalah orang yang paling baik sikapnya terhadap sahabatnya. Dan tetangga yang paling baik di sisi Allah adalah orang yang paling baik sikapnya terhadap tetangganya. (HR. At-Tirmidzi, hadits no. 1944).

Banyak sekali hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menganjurkan seorang muslim untuk memuliakan tetangganya. Dan bahkan baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengancam bagi orang-orang yang menyakiti tetangganya.

Dari Abu Syuraih rodhiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ، وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ، وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ قِيلَ: وَمَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: الَّذِي لاَ يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَايِقَهُ

Demi Allah tidak beriman. Demi Allah tidak beriman. Demi Allah tidak beriman. Para sahabat bertanya : “Siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab : “Orang yang tetangganya tidak aman dari gangguannya. (HR. Bukhari, hadits no. 6016).

Dari Abu Hurairah rodhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلاَ يُؤْذِ جَارَهُ

Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir maka janganlah dia menyakiti tetangganya. (HR. Bukhari, hadits no. 6018).

Maka dari itu, seorang muslim tidak boleh mengganggu atau menyakiti tetangganya, karna jika dia mengganggu tetangganya, maka tidak sempurna imannya kepada Allah.

Semoga bermanfaat.

Penulis : Fastabikul Randa Ar-Riyawi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *