MENANAM PONDASI KELUARGA

              Menanam pondasi dalam keluarga merupakan hal yang sangat mendasar untuk dibangun sejak dini sebelum berumah tangga. Karena setiap rumah tangga yang ingin kita bangun, di dalamnya pasti membutuhkan ketahanan keluarga. Sama halnya ketika kita membangun infrastruktur seperti jembatan, jalan, tanggul, dan lain sebagainya, dengan memperhatikan kualitas bahan bangunan dan peralatan memadai yang akan digunakan untuk menunjang pembangunan infrastruktur tersebut. Begitupun juga dalam keluarga, menanam pondasi pada keluarga dimulai dari hal yang paling mendasar sekali seperti menanamkan tauhid kepada pasangan dan anak-anak atau memepelajari aqidah yang benar sesuai dengan tuntunan Al-Qu’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, supaya dapat diamalkan dengan istiqamah dalam kehidupan sehari-hari bersama pasangan dan anak-anak.

Menanamkan tauhid pada keluarga sesuatu yang sangat penting dan pundamental. Karena pilar itulah yang dapat membentengi diri kita maupun keluarga kita dari segala macam fitnah dunia maupun segala macam godaan syaitan. Sehingga keluarga kita tidaklah mudah goyah dengan berbagai terpaan yang datang silih berganti dan setiap apa pun masalah yang datang menghampirinya kelak, maka semua hal itu sepenuhnya kita serahkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala Yang Maha Kuasa. Jadi, apabila aqidah atau ketauhidan yang ditanamkan dengan baik dan benar pada keluarga, kita tidak akan mudah berburuk sangka kepada Allah subhanahu wa ta’ala apabila kita ditimpa musibah dan tidak terlalu berharap kepada siapapun, kecuali hanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala semata.

Menanam pondasi keluarga bukan sebuah hal yang dianggap sepele dan dipandang sebelah mata, karena hal ini menyangkut tentang tatanan masa depan pada keluarga demi menjaga keluarga dari azab api neraka di akhirat kelak. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman di dalam Al-Qur’an dari beberapa Surah di bawah ini yaitu Surah Al-Luqman Ayat 13, Surah Al-Baqarah Ayat 163, dan Surah At-Tahrim ayat 6 di bawah sebagai berikut,

وَاِذْقَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَابُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِااللهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ.

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau menyekutukan Allah, sesungguhnya menyekutukan (Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar””.

وَاِلَهُكُمْ اِلَهُ وَاحِدٌ لَآاِلَهَ اِلَّاهُوَ الرَّحْمَانُ الرَّحِيْمُ.

Artinya: “Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang”.

يَآيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْا قُوْا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارةُ عَلَيْهَا مَلَآئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّايَعْصُوْنَ اللهَ مَآاَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَايُؤْمَرُوْنَ.

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.  

            Dari beberapa ayat Al-Qur’an di atas menggambarkan, bahwa penting sekali menanamkan aqidah dan ketauhidan kepada keluarga, karena demi menjaga keluarga dari siksa api neraka.

Melihat fenomena dan realita yang terjadi pada zaman modern sekarang ini, kebanyakan orang-orang hanya sibuk memikirkan dan mementingkan tentang kesenangan urusan dunia. Sehingga tidak jarang pula diantara mereka yang mengabaikan pola penerapan hidup bahagia dari segi agama, dengan mempelajari ilmu tauhid dan menanamkan aqidah yang benar kepada keluarga, yang merupakan inti sari dalam ajaran agama islam ini.

            Oleh karena itu, jadikan akhirat sebagai tujuan utama, supaya menjadi penegak dalam menanam pondasi pada keluarga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai tujuannya, maka Allah azza wa jalla akan mengumpulkan semua urusannya dan Allah akan mejadikan kekayaan ada dalam hatinya (selalu merasa cukup) dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina (tidak bernilai di hadapannya). Dan barang siapa yang niatnya hanya untuk menggapai dunia, maka Allah akan menjadikan dia tidak pernah merasa cukup, akan bercerai-berai keinginannya, dunia pun tidak dia peroleh kecuali yang telah ditetapkan baginya” (H.R. Tirmidzi no. 2465).

            Maka, sudah selayaknya para orang tua atau pasangan suami dan istri dapat menerapkan pola, bahwa akhirat yang akan menjadi tujuan utamanya dalam menanam pondasi keluarga dengan mempelajari aqidah yang benar, demi mencapai kebahagiaan haqiqi di dalam keluarga. Wallahu Ta’ala A’lam.        

Semoga dapat bermanfaat dan menambah wawasan kita. Baarakallahu Fiikum.  

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *