Memaknai Peran Khalifah Di Muka Bumi

Membicarakan pemimpin adalah sesuatu yang sangat menarik untuk diperbincangkan, dan tidak akan pernah habis untuk dibahas oleh masyarakat luas, karena paradigma kepemimpinan adalah sesuatu yang sangat dinamis dan memiliki kompleksitas yang tinggi.

Pemimpin saat ini di Indonesia sangatlah krisis menghadapi suatu kebijakan-kebijakan, apalagi di masa menghadapi pandemi seperti saat ini, banyak sekali pemimpin yang memanfaatkan bantuan uang sosial untuk dimasukkan ke kantong pribadinya. Dibilang miris, sungguh sangat miris melihat mereka yang membutuhkan bantuan tapi tak kunjung diberikan. Donasi yang seharusnya disalurkan kepada orang yang berhak mendapatkan, malah tak kunjung tersalurkan. Di media-media malah lebih rame memberitakan beberapa pejabat penting tertangkap atas kasus suap dan penggelapan dana. Dengan ini menunjukkan kurangnya moral menjadi seorang pemimpin sehingga mengedepankan kepentingan pribadi dari pada kepentingan masyarakat. Seperti yang kita lihat, di negara kita Indonesia, tidak kurang mendapatkan orang-orang yang pintar, banyak diantaranya lulusan doctor ataupun menyandang gelar prof setiap tahunnya, hanya sedikit diantara kita yang berani mengatakan kejujuran dan bertindak untuk menyuarakan kebenaran.

Disisi lain banyak juga diantara pemimpin-pemimpin yang menyalurkan sebagian hartanya untuk membantu mereka yang terdampak pandemi. Ini menunjukkan bahwasannya manusia adalah makhluk sosial, saling bahu membahu dan saling membantu. Yang dimana sifat ini muncul secara alami dalam diri manusia yang disebut dengan prososial. Menjadi seorang pemimpin bukanlah perkara yang mudah, harus ada pengorbanan harta, tenaga dan pikiran untuk menciptakan suatu tatanan negara agar lebih maju dan makmur sentosa.

Dalam tausiah Ustadz HM. Irzal Fadholi, S.Thi., M.Pd., M.Pdi  selaku pengurus KOMAS (Komunitas Masyarakat Santri) sebagai ketua II ekonomi keumatan menerangkan tentang peran penting bagaimanakah seharusnya menjadi khalifah atau menjadi seorang pemimpin di muka bumi ini? Video tersebut diunggah oleh KOMAS TV pada 17 april 2021. Beliau menjelaskan berdasarkan pedoman yang ada dalam al-Qur’an dan hadits agar manusia tidak tersesat dalam menghadapi kehidupan di dunia ini.

Dalam isi video yang berdurasi 12:53 yang berisikan: Allah menciptakan manusia tak lain adalah untuk menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi, dengan pedoman suri tauladan Muhammad SAW yang dimana nabi Muhammad telah memberikan uswah, kudwah yang baik , bagaimana caranya menjadi manusia sejati, menjadi manusia yang sebenar-benarnya, dan menjadi manusia yang tau diri bahwasannya manusia adalah makhluk yang lemah yang diciptakan Allah SWT dengan beberapa keunggulan atau kelebihan.

Dasar-dasar kepemimpinan

Dengan adanya nabi Muhammad SAW melalui ajaran-ajarannya yaitu sunnaturrosul atau yang sering kita sebut dengan hadits, agar manusia bisa hidup dengan penuh keberkahan, kebaikan dan mengambil banyak hikmah dari kehidupan ini.

Sebagaimana wasiat Rasulullah SAW untuk umatnya:

أَنَّ رَسُلُ اللّهِ ص. ل قَالَ : تَرَكْتُ فِيْكُمْ اَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللّه وَ سُنّةَ رَسُوْلِهِ.

“Aku tinggalkan kepada kamu (umatku) dua perkara. Jika kamu berpegang teguh kepada keduanya, maka niscaya kamu tidak akan tersesat untuk selama-lamanya. Dua perkara itu adalah Al-Qur’an dan sunnah,” (HR. Muslim)

Hadits di atas telah jelas menyebutkan bahwa al-Qur’an dan hadits merupakan pegangan hidup setelah Al-Qur’an dalam menyelesaikan permasalahan dan segalah hal yang berkaitan dengan kehidupan khususnya dalam menentukan hukum, permasalahan-permasalah dalam suatu kepemimpinan sudah jelas diterangkan.

Karakter Kepemimpinan Dalam Islam

Manusia tercipta dan diciptakan oleh Allah sebagai kholifah untuk menata alam jagad raya ini yang diberikan ruang kehidupan yakni berupa planet bumi. Seperti yang telah kita ketahui kondisi alam sebelum datangnya nabi Muhammad SAW. Yang telah mejadikan alam jagad raya ini dari sebuah keterpurukan sehingga munculnya hidayah kalam ilahi petunjuk Allah yang telah di diwahyukan kepada nabi Muhammad yaitu berupa al-Qur’anul karim, yang bisa kita rasakan saat ini.

Surah ali imron 104

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (104)

Artinya:

“Dan hendaklah di antara kamu ada golongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Ali-Imron 104)

Maka hendaklah jadilah diantara sebagian orang diantara kamu, atau sekelompok orang diantara kamu yang mau untuk mengajak untuk berbuat kebaiakan dan mengajak untuk meninggalkan sebuah kemungkaran. Ayat ini menjadi pondasi untuk kita semuanya, bagaimana cara menjadi manusia yang khoiru ummah, menjadi sekelompok yang terbaik.

خَيْرُ النَّاسِ أَحْسَنُهُمْ خُلُقاً وَ أَنْفَعُهُمْ لِنَّاسِ

 Artinya:

Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bagus budi pekertinya dan yang paling bermanfaat bagi orang lain.

Jadikanlah kalimat menjadi motivasi yang besar, di Indonesia ini ada sebuah gejolak yang luar biasa, antara kepentingan satu dengan kepentingan yang lain yang menyatakan dirinya sebuah kebenaran, yang tanpa mau kita koreksi apa yang harus kita perbuat demi kemaslahatan umat.

Banyak kasustik yang dimana kita harus banyak belajar, ketika seorang punya kepentingan, jabatan atau kedudukan yang dimana dia harus berbuat ma’ruf,  untuk menata  dirinya, bagaimana dia harus berbuat atau melakukan sesuatu sebagai seorang pemimpin, bagaimana dirinya punya kedudukan untuk mengajak kepada lingkunganya untuk berbuat baik, yang dimana berbuat baik harus dilandasi dengan kebenaran, sedangkan kebenaran harus dilandasi dengan dasar, dan dasar ini adalah al-Qur’an sebagai petunjuk kehidupan.

Pesan Ustadz HM. Irzal Fadholi, S.Thi., M.Pd., M.Pdi  untuk manusia yang lainnya adalah: Teruslah menyebarkan pundi-pundi kebaikan untuk kemaslahatan bangsa kita ini. berilah yang terbaik yang kamu miliki, karena disitulah kamu akan mendapatakan keberkahan dari Allah SAW.

Penutup

Dalam paparan beliau diatas: sebagai seorang pemimpin hendaklah selalu berupaya bersandar dalam memegang teguh atas pondasi dalam al-Qur’an dan Hadits, apabila seseorang sudah menjadikan kehidupannya berlandaskan dengan al-Qur’an dan hadits, dan tertanam erat dalam dirinya maka hati seorang pemimpin akan bersih dan berani mengatakan kebenaran dan akan selalu menjadi barisan terdepan dalam membela yang benar. Sehingga pemimpin yang bijak akan menjadi suri tauladan untuk masyaratnya luas.

Penulis : Khodijah al-Khalil

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *