Tak selamanya manusia bisa merasakan bahagia, dan tak selamanya juga mansuia selalu dalam kesedihan. Segalanya tergantung bagaimana kita memaknai dan mengambil hikmah dalam segala proses kehidupan yang sedang kita jalani saat ini.
Akhir-akhir ini banyak sekali beberapa kerabat yang datang mengungkapkan bahwaanya dia insecure atas apa yang telah ia hadapi. Mulai dari merasa tidak nyaman atas keberadaan dalam suatu lingkungan sosial, merasa inferior atas yang telah ia miliki, hingga sebelum melangkahpun rasa cemas dan insecrure itu menghampiri.
Dalam tulisan ini, saya ingin sama-sama kita mulai melangkah tanpa keraguan, berfikiran positif, memberikan yang terbaik, tanpa ada rasa insecure, mampu menerima diri sendiri dengan segala kekurangan yang kita miliki.
Dalam istilah psikologi insecure merupakan suatu luapan emosi yang terjadi karena seseorang merasa inferior, merasa kurang percaya diri. Biasanya seseorang yang merasa insecure merasa cemas, ketakutan, dan kurang nyaman dengan keberadannya, sehingga beberapa orang yang merasa insecure memutuskan untuk menyendiri.
Lantas, bagaimanakah islam memberikan solusi atas emosi insecure?
Sebagaimana kita ketahui, Islam datang dengan memberikan berbagai solusi atas persoalan hidup, dengan al-Qur’an sebagai pedoman, ada baiknya kita memandang insecure dalam segi Islam, sehingga kita bisa memahami dan memaknai bagaimanakah seharusnya bersikap dalam keadaan kurang percaya diri. Dalam artikel ini akan membahas faktor apa sajakah yang menyebabkan seseorang insecure dalam dirinya?
1. Membandingkan diri kita dengan yang lainnya
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.
(QS: at-Tin: 4)
Dalam ayat diatas diterangkan bahwasannya manusia diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Allah menciptakannya dengan tubuh yang tegak, sehingga dapat memakan makanannnya dengan tangan; dan Allah menciptakannya dengan kemampuan memahami, berbicara, mengatur, dan berbuat bijak, sehingga memungkinkannya menjadi khalifah di muka bumi sebagaimana yang Allah kehendaki.
Membandingkan diri kita dengan yang lainnya akan membuat hidup semakin tidak tenang, selau merasa kurang dengan hasil pencapaian kita, karena kita melihat hasil atas apa yang telah orang lain capai. Permisalan lain, merasa kurang cantik, merasa kurang tampan, padahal istilah good looking atau enak dipandang ini masih abstrak untuk dimaknai, karena setiap pandangan seseorang meilhat good looking itu berbeda-beda, manusia diciptakan dengan begitu sempurna, tak perlu risaukan kekurangan diri kita, karena kita akan menjadi sempurna dan istimewa dengan segala kekurangan yang kita miliki. Fokuslah tetap menjadi versi terbaik dalam dirimu.
2. Mempunyai standarisasi yang tinggi
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
(QS: al-Baqoroh: 216)
Penyebab seseorang inscure antara lain adalah, ia mempunyai standarisasi yang tinggi untuk dirinya sendiri. Ketika hasil yang ia capai tidak sesuai dengan yang ia inginkan, maka akan timbullah rasa insecure . Dalam memahami probelema seperti itu maka perlu mengetahui mengkaji makna ayat diatas, apa yang kita inginkan belum tentu itu yang terbaik untuk kita. Selama kita sudah bekerja maksimal, apapun hasilnya serahkanlah kepada Allah SubhanaAllah Wata’ala, karena beliaulah sebaik-baiknya perencana.
3. Kurangnya bersyukur
وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).
(QS: Ibrahim: 34)
Pada ayat diatas menerangkan bahwasannya bersyukur sangatlah penting untuk kita tanamkan pada diri kita, karena dengan adanya rasa syukur hidup kita akan lebih bermakna, dan lebih tenang, selalu menyukuri apa yang kita miliki, menyukuri atas kenikmatan kesehatan, pekerjaan dsb.
أَحْمَدُ بْنُ سِنَانٍ قَالَ: حَدَّثَنَا كَثِيرُ بْنُ هِشَامٍ قَالَ: حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ بُرْقَانَ قَالَ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ الْأَصَمِّ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَفَعَهُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ، وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ إِنَّمَا يَنْظُرُ إِلَى أَعْمَالِكُمْ، وَقُلُوبِكُمْ»
Telah menceritakan kepada kami [Ahmad bin Sinan] telah menceritakan kepada kami [Katsir bin Hisyam] telah menceritakan kepada kami [Ja’far bin Burqan] telah menceritakan kepada kami [Yazid bin Al Asham] dari [Abu Hurairah] yang dimarfu’kan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta benda kalian, tetapi Dia hanya memandang kepada amal dan hati kalian.” (HR: Ibnu Majjah, NO. 4143)
Pada hadits diatas diterangkan, sesungguhnya Allah SubhanaAllah Wata’ala tidak melihat kepada rupa kita dan harta yang kita miliki, tetapi dia hanya memandang kepada amal dan hati kita, maka dari itu marilah kita sama-sama memperbaiki diri, selalu mengintropeksi, fokuslah dengan kebaikan orang lain, dan fokuslah dengan kesalahan apa yang telah kita perbuat, dengan memahami pengenalan dalam diri atas kesalahan yang kita perbuat akan mengantarkan kita untuk menjadi mansuia yang lebih baik lagi.
Kesimpulan:
Tak perlu merasa insecure, teruslah memberikan usaha yang terbaik dimanapun kamu berpijak dan bersyukurlah atas apa yang telah kita miliki, dan atas hasil apa yang telah kita usahakan, karena dengan bersyukur akan mengantarkan kita kepada ketenagan tanpa ada rasa kekhawatiran ataupun ketakutan.
Tak perlu bandingkan diri kamu dengan yang lainnya, karena Kamu istimewa dengan segala kekurangan yang kamu miliki.
Semoga Bermanfaat…
Oleh Khodijah al-Khalil