Hati merupakan raja di dalam tubuh manusia, ketika manusia ingin melakukan sesuatu, maka yang mencerna pertama kali adalah hati, kemudian disaring oleh pikiran dan barulah menjadi sebuah perbuatan. Untuk itu, seorang muslim harus senantiasa memperbaiki hatinya agar senantiasa baik dan tunduk serta patuh pada perintah Allah, agar hati tidak menjadi rusak. Sebab, jika hati rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Begitu pula sebaliknya, jika hati baik, maka baiklah seluruh tubuh.
Dari Nu’man bin Basyir rodhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً، إِذَا صَلَحَتْ، صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ، فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
Ketahuilah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika dia baik, maka baik pula seluruh jasad. Akan tetapi jika dia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa dia adalah hati. (HR. Muslim, hadist no. 1599).
Imam An-Nawawi rohimahullah berkata di dalam kitabnya Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim :
والمضغة القطعة من اللحم سميت بذلك لأنها تمضغ في الفم لصغرها قالوا المراد تصغير القلب بالنسبة إلى باقي الجسد مع أن صلاح الجسد وفساده تابعان للقلب وفي هذا الحديث التأكيد على السعي في صلاح القلب وحمايته من الفساد واحتج بهذا الحديث على أن العقل في القلب لا في الرأس وفيه خلاف مشهور مذهب أصحابنا وجماهير المتكلمين أنه في القلب
Mudgoh itu adalah potongan dari daging. Dinamakan demikian karena dikunyah di dalam mulut sebab ukurannya kecilnya. Para ulama mengatakan : yang dimaksud mengecilnya hati secara rasional adalah dia berada di dalam jasad untuk kebaikan jasad, dan rusaknya hati mengikuti keadaan hati. Dan di dalam hadist ini menegaskan adanya usaha untuk memperbaiki hati dan menjaga dari kerusakan. Dan hadist ini mengklaim bahwa akal itu di hati bukan di kepala, dan dalam hal ini terdapat perbedaan yang masyhur di kalangan ulama mazhab kami (Syafi’iyyah) dan jumhur (mayoritas) ulama kalam bahwa akal itu tempatnya di hati. (Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim, jilid 11 halaman 28).
MasyaAllah, berdasarkan perkataan Imam An-Nawawi di atas yang membicarakan tentang hati, betapa pentingnya memperbaiki hati agar seluruh jasad juga ikut menjadi baik, sebab hati adalah raja bagi seluruh tubuh dan rusaknya jasad tergantung dengan keadaan hati manusia.
Terkadang, ketika hati sedang tidak enak, apapun perbuatan orang lain akan menjadi salah. Kenapa? Karena hati tidak tenang ataupun pada saat itu hatinya dipenuhi rasa iri dan dengki terhadap nikmat yang diperoleh orang lain. Jika hati rusak, maka rusaklah jasad secara keseluruhan. Tidak heran jika ada orang yang nekat membunuh saudaranya hanya gara-gara hatinya rusak dikarnakan hatinya dipenuhi rasa iri, dengki serta perbuatan tercela lainnya.
Sebagai seorang muslim, isilah hati dengan perbuatan-perbuatan yang disukai oleh Allah. Isi hati dengan dzikir, ilmu dan berbagai amal sholeh lainnya agar hati menjadi tenang. Jika hati tenang, maka hatipun menjadi baik disebabkan diisi dengan perbuatan yang baik, dan manusia akan jauh dari mengerjakan perbuatan buruk.
Allah berfirman :
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. Ar-Ra’ad : 28).
Imam Ibnul Qayyim rohimahullah berkata di dalam kitabnya Ar-Ruh :
فَإِن طمأنينة الْقلب سكونه واستقراره بِزَوَال القلق والانزعاج وَالِاضْطِرَاب عَنهُ وَهَذَا لَا يَتَأَتَّى بِشَيْء سوى الله تَعَالَى وَذكره الْبَتَّةَ
Ketenangan hati itu adalah akan melahirkan kedamaian dan kemampuannya bisa menghilangkan kegalauan, gangguan dan kebimbangan darinya, dan ini tidak mendatangkan apapun kecuali Allah Subhanau wa Ta’ala dan mengingat-Nya sama sekali. (Ar-Ruh, jilid 1 halaman 220).
Ketenangan hati itu mahal harganya, betapa banyak orang-orang kaya yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, memang tenang secara zohir karna kebutuhan zohirnya terpenuhi dan tidak berfirkir apa yang akan dia makan di esok harinya, namun mereka tidak mendapatkan ketenangan batin. Harta tak menjamin hati menjadi tenang, maka betapa banyak ditemukan orang yang mabuk-mabukan hanya ingin mencari ketenangan hati, yang mereka dapatkan malah sebaliknya. Di waktu itu dia memang tenang secara zohir karna akalnya hilang disebabkan meminum minuman keras. Tapi setelah efek minuman keras itu hilang, dia akan kembali seperti semula, hatinya kembali menjadi tidak tenang, karena banyak pikiranlah, tekananlah dan berbagai hal lainnya. Dari efek minuman itu bisa menimbulkan mudorot, bisa membunuh oranglah ataupun berbuat keji kepada orang lain. Jika hatinya sudah rusak, maka rusak pula seluruh jasadnya, tak heran jika dia melakukan perbuatan yang dimurkai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Bagi orang-orang yang beriman, ketenangan hati itu hanya diperoleh dengan mengingat Allah, karena dengan berdzikir hati akan menjadi tenang. Ibarat batre HP, ketika batre HP lowbat, maka batre tersebut harus di cas supaya HP itu tidak sampai mati mendadak. Begitu pula dengan hati, apabila hati dalam keadaan lowbat, maka jangan dibiarkan dia terus-terusan lowbat, cas hati dengan berdzikir kepada Allah, mendengarkan kajian para ustadz agar hati menjadi terisi kembali dengan nasehat-nasehat ataupun motivasi untuk beribadah kepada Allah.
Baik buruknya perbuatan tergantung keadaan hati, jika hatinya dipenuhi rasa iri dan dengki, maka perbuatannya pun akan menjadi rusak, dia akan melakukan perbuatan yang tercela, yaitu perbuatan yang dibenci oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Namun jika hatinya baik, di isi dengan dzikir dan amal sholeh, insyaAllah hatinya akan menjadi baik dan dia akan jauh dari melakukan perbuatan yang buruk dan insyaAllah perbuatan yang dia lakukan sesuai dengan yang diajarkan syari’at Islam serta dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Semoga bermanfaat.
Penulis : Fastabikul Randa Ar-Riyawi