Tidak bisa dipungkiri, bahwa setiap orang pasti pernah melihat auratnya sendiri, dan bahkan dalam keadaan tertentu sering melihat auratnya.
Memang, melihat aurat orang lain sudah jelas-jelas haram hukumnya, karena itu bertentangan dengan syariat Islam.
Dari Abdurrahman bin Abu Sa’id Al-Khudry rodhiyallahu ‘anhu, dari ayahnya berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لَا يَنْظُرُ الرَّجُلُ إِلَى عَوْرَةِ الرَّجُلِ، وَلَا الْمَرْأَةُ إِلَى عَوْرَةِ الْمَرْأَةِ، وَلَا يُفْضِي الرَّجُلُ إِلَى الرَّجُلِ فِي ثَوْبٍ وَاحِدٍ، وَلَا تُفْضِي الْمَرْأَةُ إِلَى الْمَرْأَةِ فِي الثَّوْبِ الْوَاحِدِ
Janganlah seorang laki-laki melihat aurat laki-laki lain. Dan janganlah seorang wanita melihat aurat wanita lain. Janganlah seorang laki-laki berada dalam satu selimut dengan laki-laki lain. Dan janganlah seorang wanita berada satu selimut dengan wanita lain. (HR. Muslim, hadiost no. 338).
Imam An-Nawawi rohimahullah mengomentari hadist di atas di dalam kitabnya Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim :
وأما أحكام الباب ففيه تحريم نظر الرجل إلى عورة الرجل والمرأة إلى عورة المرأة وهذا لاخلاف فيه وكذلك نظر الرجل إلى عورة المرأة والمرأة إلى عورة الرجل حرام بالإجماع
Adapun hukum-hukum di bab ini, maka di dalamnya terdapat pengharaman seorang lelaki memandang aurat lelaki lain, dan wanita melihat aurat wanita lainnya. Dan tidak ada perbedaan pendapat di antara ulama mengenai hal ini. Begitu juga seorang lelaki melihat aurat wanita yang bukan mahromnya, dan seorang wanita melihat aurat lelaki yang bukan mahromnya, hukumnya haram menurut ijma’ (kesepakatan ulama). (Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim, jilid 4 halaman 30).
lalu bagaimana jika seseorang melihat auratnya sendiri? apakah diperbolehkan di dalam Islam atau justru dilarang?
Syekh Abu Bakar Ad-Dimyati rohimahullah berkata di dalam kitabnya I’anatut Tholibin ‘ala Halli Alfadzi Fathil Mu’in :
يجوز له أن ينظر إلى عورته في غير الصلاة، ولكن يكره ذلك من غير حاجة. أما في الصلاة فلا يجوز. فلو رأى عورة نفسه في صلاته – من كمه أو من طوق قميصه – بطلت صلاته
Boleh bagi seseorang melihat auratnya sendiri di luar shalat. Akan tetapi jika tidak ada keperluan, maka hukumnya makruh. Adapun jika dia melihat auratnya ketika shalat, maka tidak boleh. Jika seseorang melihat auratnya ketika shalat dari lengan bajunya atau krah gamisnya, maka shalatnya menjadi batal. (I’anatut Tholibin ‘ala Halli Alfadzi Fathil Mu’in, jilid 1 halaman 136).
Artinya, melihat aurat sendiri tidaklah mengapa jika ada keperluan, begitu juga membuaka aurat ketika berada di rumah, maka boleh, karena tidak ada yang melihatnya, kecuali mahromnya seperti orang tua dan saudara kandung.
Semoga bermanfaat.
Penulis : Fastabikul Randa Ar-Riyawi