Macam – Macam Air: Air Mutlak

Salah satu alat untuk bersuci adalah air. Dalam pembagiannya air dibagi menjadi empat macam, air mutlak, air musta’mal (air yang pernah digunakan), air yang bercampur dengan benda suci, air yang bercampur najis.

Air mutlak adalah air yang masih dalam bentuk yang sama dan alami. Air mutlak memiliki hukum suci dan mensucikan atau sering disebut thahurun. Dengan kata lain, air mutlak itu suci pada zatnya dan dapat digunakan untuk menyucikan benda lain. Seumpama seseorang berwudhu dengan air mutlak ini maka wudhunya sah, sebab air yang digunakan adalah air yang suci dan mensucikan.

Terdapat beberapa jenis air yang masuk dalam kategori air mutlak ini, yaitu

Air Hujan, salju, dan embun

Penetapan ketiga jenis air tersebut berdasarkan firman Allah dan sabda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.

Allah berfirman,

وَيُنَزِّلُ عَلَيْكُمْ مِّنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً لِّيُطَهِّرَكُمْ بِهِ

“dan Allah menurunkan air (hujan) dari langit kepadamu untuk menyucikan kamu dengan (hujan) itu”[1]

Dan juga firman-Nya,

وَاَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً طَهُوْرًا

“dan Kami turunkan dari langit air yang sangat bersih”[2]

Dan juga sabda nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam tentang doa iftitah,

اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ، كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ المَشْرِقِ وَالمَغْرِبِ، اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنَ الخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالبَرَدِ

“Ya Allah, jauhkanlah diriku dari dosa-dosaku sebagaimana engkau menjauhkan jarak antara timur dengan barat. Ya Allah, bersihkanlah diriku dari semua kesalahanku sebagaimana kain putih yang telah bersih dari kotoran. Ya Allah, basuhlah kesalahan-kesalahku dengan salju, air dan embun.”[3]

Air Laut

Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu. Ia berkata, “Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, ‘Wahai Rasulullah, kami berlayar mengarungi lautan dan hanya membawa sedikit air. Jka kami menggunakannya untuk wudhu, kami akan mengalami dahaga. Bolehkan kami berwudhu dengan air laut?’ Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, menjawab,

هُوَ الطَّهُورُ مَاؤُهُ الْحِلُّ مَيْتَتُهُ

“Air laut itu suci, dan bangkainya halal” [4]

Air Zamzam

Hal ini berdasarkan pada hadits yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu. Ia berkata, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah meminta seember air zamzam, lalu beliau meminumnya kemudian berwudhu dengannya”[5]

Air Sungai

Allah Ta’ala berfirman,

وَسَخَّرَ لَكُمُ الْاَنْهٰرَ

“dan Dia telah menundukkan sungai-sungai bagimu.”[6]

Ayat ini sebagai dalil sucinya air sungai selama air sungai tersebut blum tercampur dengan seseuatu yang najis.

Air Sumur

Dari abu Said Al-Khudri radhiyallahu anhu, berkata,”Ada yang bertanya,

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنَتَوَضَّأُ مِنْ بِئْرِ بُضَاعَةَ وَهِيَ بِئْرٌ يُلْقَى فِيهَا الْحِيَضُ وَلُحُومُ الْكِلَابِ وَالنَّتْنُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْمَاءَ طَهُورٌ لَا يُنَجِّسُهُ شَيْءٌ

“Wahai Rasulullah, apakah kami boleh berwudlu dari air sumur Budla’ah yang dibuang ke dalamnya terdapat kain bekas pembalut haid, daging anjing dan bangkai?” maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Sungguh air itu suci tidak ada sesuatu yang membuatnya najis.” [7]

Air Mata Air dan Air Tanah

Allah Ta’ala berfirman,

اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ اَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً فَسَلَكَهُ يَنَابِيْعَ فِى الْاَرْضِ

“Apakah engkau tidak memperhatikan, bahwa Allah menurunkan air dari langit, lalu diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi,”[8]

Ayat ini menjadi dalil sucinya air tanah yang tidak bercampur dengan sesuatu najis.

Air yang berubah disebabkan lama tergenang

Air ini tidak mengalir, atau bercampur dengan sesuatu yang sulit dipisahkan, seperti lumut dan dedaunan pohon. Menurut kesepakatan ulama (ijma’) air seperti ini termasuk air mutlak.


[1] QS. Al-Anfal: 11

[2] QS. Al-Furqan: 48

[3] HR. Bukhari no. 744

[4] HR. Abu Daqud No. 83, Tirmidzi No. 69, An-Nasa’I No.. 59

[5] HR. Ahmad

[6] QS. Ibrahim: 32

[7] HR. Tirmidzi No. 66 Abu Dawud No. 67, Ahmad No. 11.815

[8] QS. Az-Zumar: 21

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *