Na’udzubillah! Rajin Shalat dan Puasa, Tapi Masuk Neraka

Siapa yang tidak mau masuk surga, semua manusia yang mengaku dirinya beriman kepada Allah pasti menginginkan masuk ke dalam surga tanpa terkecuali.

Betapa banyak orang yang menyangka bahwa masuk ke dalam surga karena banyak beramal shaleh. Memang, beramal shaleh diwajibkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala seperti shalat, puasa, zakat dan sebagainya. Namun seorang muslim masuk surga bukan karena amal yang dia kerjakan, melainkan karena rahmat Allah.

Dari Abu Hurairah rodhiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لَنْ يُدْخِلَ أَحَدًا عَمَلُهُ الجَنَّةَ، قَالُوا: وَلاَ أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: ” لاَ، وَلاَ أَنَا، إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِي اللَّهُ بِفَضْلٍ وَرَحْمَةٍ

Amal seseorang tidak akan memasukkan seseorang ke dalam surga. Engkau juga tidak wahai Rasulullah? tanya beberapa sahabat. Beliau menjawab : Aku pun tidak. Semua karena karunia dan rahmat Allah. (HR. Bukhari, hadist no. 5673).

Oleh sebab itu, amalan banyak yang dia kerjakan itu bukan penyebab dia masuk surga, tapi hanya sebagai sarana yang bisa mengantarkannya mendapatkan rahmat Allah. Ketika sudah mendapatkan rahmat Allah, maka dia akan dimasukkan ke dalam surga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Namun, ada di antara ummat Islam, dia rajin shalat, puasa, zakat dan mengerjakan amalan shaleh lainnya sewaktu di dunia, namun ketika di akhirat dia masuk ke dalam neraka. Kenapa?

Salah satu penyebab seorang muslim yang rajin beribadah tapi masuk surga adalah karena dia mengghibah, menzalimi, menumpahkan darah, dan menyakiti hati orang lain, dan dia belum sempat meminta maaf kepada orang yang bersangkutan. Maka ketika dia berada di akhirat, kebaikannya akan diberikan kepada orang-orang yang dia zalimi, sampai apabila kebaikannya sudah habis, sementara kezalimannya belum tertebus semua, maka dia akan mengambil kesalahan-kesalahan orang yang dia zalimi dan ditimpakan kepadanya, kemudian dia dicampakkan ke dalam neraka. Na’udzubillah tsumma na’udzubillah.

Dari Abu Hurairah rodhiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

أَتَدْرُوْنَ مَا الْمُفْلِسُ؟ قَالُوْا: الْمُفْلِسُ فِيْنَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ. فَقَالَ: إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ، وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا، فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ. فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ، أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ

Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu? Mereka menjawab : “Orang yang bangkrut di kalangan kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan tidak pula memiliki harta. Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa,dan zakat. Namun dia juga datang dengan membawa dosa kedzaliman.” Dia pernah mencela si ini, menuduh tanpa bukti terhadap si itu, memakan harta si ini, menumpahkan darah orang ini dan memukul orang itu. Maka sebagai tebusan atas kedzalimannya tersebut, diberikanlah di antara kebaikannya kepada si ini,si ini dan si itu. Hingga apabila kebaikannya telah habis dibagi bagikan kepada orang-orang yang dizaliminya sementara belum semua kedzalimannya tertebus, diambillah kejelekan (kesalahan) yang dimiliki oleh orang yang didzaliminya lalu ditimpakan kepadanya, kemudian dia dicampakkan ke dalam neraka. (HR. Muslim, hadist no. 2581).

Sungguh merugilah orang-orang yang rajin mengerjakan ibadah sewaktu di dunia, namun dia dimasukkan ke dalam neraka karena menyakiti orang lain dan belum meminta maaf kepada orang yang dia sakiti tersebut.

Padahal, hubungan yang harus kita perbaiki bukan hanya kepada Allah semata, namun juga memperbaiki hubungan dengan sesama manusia.

Allah berfirman :

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. (QS. An-Nisa’ : 36).

Imam As-Samarqandi rohimahullah berkata di dalam kitab tafsirnya Bahrul ‘Ulum :

وَاعْبُدُوا اللَّهَ قال بعضهم: هذا الخطاب للكفار، واعبدوا الله يعني وحدوا الله وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئاً أي لا تثبتوا على الشرك. ويقال: الخطاب للمؤمنين اعبدوا الله، يعني اثبتوا على التوحيد ولا تشركوا به

(Sembahlah Allah), sebagian ulama berkata : Ini ditujukan untuk orang-orang kafir. Dan sembahlah Allah, artinya : Esakanlah Allah dan jangan menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, artinya : jangan tetap dalam kesyirikan. Dikatakan juga : Ini ditujukan bagi orang-orang beriman, sembahlah Allah! Artinya : tetaplah meng-Esakan Allah dan jangan menyekutukan-Nya. (Bahrul ‘Ulum, jilid 1 halaman 301).

Imam Al-Mawardi rohimahullah berkata di dalam kitab tafsirnya An-Nukat wal ‘Uyun :

{وَالْجَارِ الْجُنُبِ} فيه قولان: أحدهما: الجار البعيد في نسبه الذي ليس بينك وبينه قرابة , وهو قول ابن عباس ومجاهد. والثاني: أنه المشرك البعيد في دينه

(dan tetangga yang jauh), tentang ini ada pendapat :

Pertama : tetangga yang jauh secara keturunan, yang di mana antara kamu dan dia tidak berdekatan. Ini adalah pendapat Ibnu ‘Abbas dan Mujahid.

Kedua : bahwa dia adalah orang-orang musyrik yang jauh di dalam agamanya.

(An-Nukat wal ‘Uyun, jilid 1 halaman 484).

Dalil di atas menerangakan bahwa seorang muslim harus memperbaiki hubungannya dengan Allah dan kepada manusia, bahkan kepada orang-orang kafir sekalipun seorang muslim harus berbuat baik.

Oleh karnanya hendaknya seorang muslim menjauhi dari menzalimi dan menyakiti hati sesama muslim ataupun yang bukan muslim, karena hal itu dilarang di dalam Islam.

Dari Abdullah bin ‘Umar rodhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

المُسْلِمُ أَخُو المُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يُسْلِمُهُ

Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, tidak boleh menzaliminya dan tidak boleh menelantarkannya. (HR. Bukhari, hadist no. 2442).

Untuk itu, jauhilah dari mengghibah, menyakiti,serta menumpahkan darah orang lain, karena semua itu akan dimintai pertnggungjawabannya di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Adapun amalan banyak yang dia kerjakan sewaktu di dunia tidak bisa menjaminnya masuk surga, semua itu akan sia-sia belaka, jika dia juga membawa segudang dosa karena sewaktu di dunia pernah menyakiti orang lain dan belum meminta maaf kepada yang bersangkutan.

Jauhilah perbuatan tercela ini dan jika pernah menyakiti atau menzalimi orang lain, segeralah meminta maaf sebelum nanti dimintai pertanggungjawaban di akhirat dan amalan yang dikerjakan sewaktu di dunia menjadi sia-sia karna diberikan kepada orang yang dia sakiti. Na’udzubillah.

Semoga ummat Islam menjauhi sifat tercela ini dan meminta ampun kepada Allah serta berdo’a agar dijauhkan dari jalan-jalan orang yang tersesat.

Semoga bermanfaat.

Penulis : Fastabikul Randa Ar-Riyawi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *