Iman dan Cinta

Rasa cinta dan mencintai sangatlah lumrah untuk dirasakan setiap manusia. Karena bumi ini pun tercipta karena ada cinta, cinta antara nabi adam dan hawa. Maka bumi ini diperuntukkan bagi orang yang punya rasa kasih sayang dan mencintai.

Kalau kita membahas tentang makna cinta, sesungguhnya ia memiliki beribu makna, karena setiap individu yang merasakan cinta berbeda dalam menyimpulkannya.

Dalam Islampun mengajarkan kita untuk saling menyayangi dan saling mencintai. Cinta kepada Allah SubhanaAllah Wata’ala, cinta kepada Rasulnya, cinta kepada al-Qur’an dan mencintai sesama umat muslim. Dalam artikel singkat ini kita akan membahas hakekat cinta dalam pandangan Islam.

Cinta itu dasarnya berada dalam hati, sedangkan ia mengungkapkannya dengan lisan dan menampakkannya memalui perbuatan. Iman dan cinta merupakan anugerah dari Allah subhanaAllah Wata’ala yang dimasukkan pada hati seorang hamba.

وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

dan Dia (Allah) yang mempersatukan hati mereka (orang yang beriman). Walaupun kamu menginfakkan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sungguh, Dia Mahaperkasa, Mahabijaksana. (QS. Al-Anfal : 63)

Dalam sebuah ayat diatas diterangkan Sesunggunya Allah Mahaperkasa, sehingga tidak ada seorang pun yang mampu menandingi-Nya, Mahabijaksana atas segala kebijakan-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa persatuan dan kesatuan atas dasar cinta dan kasih sayang yang hakiki tidak mungkin terwujud hanya dengan harta kekayaan, akan tetapi harus didasarkan atas keluhuran budi dan ketulusan jiwa.

Sesungghunya manusia tidak mampu membeli keimanan cinta dengan kekayaan hartanya. Ketika Allah telah menitipkan cinta kepada hati seorang hamba yang Ia kehendaki, maka akan tumbuh rasa ketaatan dalam beribadah, menjalankan semua perintahnya dengan keihlasan hati. Dengan adanya cinta, iman yang ada dalam diri kita akan semakin kokoh dan tidak akan mudah digoyahkan meski seiring dengan perkembangan zaman.

وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ فِيْكُمْ رَسُوْلَ اللّٰهِ ۗ لَوْ يُطِيْعُكُمْ فِيْ كَثِيْرٍ مِّنَ الْاَمْرِ لَعَنِتُّمْ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ حَبَّبَ اِلَيْكُمُ الْاِيْمَانَ وَزَيَّنَه فِيْ قُلُوْبِكُمْ وَكَرَّهَ اِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوْقَ وَالْعِصْيَانَ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الرّٰشِدُوْنَ

Dan ketahuilah olehmu bahwa di tengah-tengah kamu ada Rasulullah. Kalau dia menuruti (kemauan) kamu dalam banyak hal pasti kamu akan mendapatkan kesusahan. Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan (iman) itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus. (QS. Al-Hujurat: 7)

Kalau kita membahas masalah cinta, sedangkan timbulnya cinta dari hati, pemilik hati adalah yang maha kuasa yaitu Allah SubhanaAllah Wata’ala. Ia mampu membolak-balikkan hati manusia. Ketika Allah telah menitipkan cinta bersarang pada hati kita, maka akan terhubung pula antara roh dan keimanan. Dan sesulit apapun kondisi kita, apabila cinta itu telah hadir, maka ketaatan itu akan selalu ada melekat pada jiwa.

Semoga kita termasuk seorang hamba yang dititipkan sebuah cinta dalam hati, hingga roh kita bisa terhubung dan menyatu dengan kenikmatan dalam beribadah… Amiin…

Semoga Bermanfaat…..

Oleh: Khodijah Khalil

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *